Januari 06, 2010

Ngasal Bikin Rencana Pembelajaran: TANYA KENAPA?

"Jika tak tahu ke mana harus menuju,
Anda akan tiba ke tempat yang tidak menentu” .
Robert Mager

Bayangkan jika Anda seorang supir taksi. Datang calon penumpang meminta diantar ke suatu tempat. Ada hal tak lazim terjadi. Si calon penumpang memberikan sejumlah rupiah seraya berkata, “Tolong antar saya keliling kota Jakarta!”. Anda sedikit bingung, kemudian bertanya, “Kemanakah tempat yang hendak Anda tuju?” Sontak dia menjawab kembali, “Pokoknya keliling Jakarta”.

Jangan pernah contoh kasus di atas terjadi pada situasi pembelajaran Anda di kelas. Sungguh sulit dibayangkan jika pembelajaran terjadi tanpa rencana. Ibarat orang-orang bingung yang sedang berkumpul di ruang kelas. Guru tak tahu apa yang harus diajarkan dan bagaimana mengajarkannya, siswa pun hanya berbuat sesuatu tanpa sadar apa yang dilakukannya.

Ciri pembelajaran efektif, rencana pembelajaran disiapkan secara cermat; siswa belajar melalui aktivitas membangun pengetahuan sendiri; dan proses dan tujuan pembelajaran dapat dievaluasi secara transparan. Lantas, bagaimana cara memprediksi pembelajaran akan berjalan efektif?

Urgensi Rencana Pembelajaran
OFSTED (Muijs, D. and Reynolds, D.: 2008), mengemukakan bahwa faktor-faktor guru mengajar yang berhubungan dengan hasil belajar yang positif: (1) pengetahuan yang baik mengenai subjek yang diajarkan; (2) keterampilan bertanya yang baik; (3) ada penekanan dalam pengajaran; (4) strategi pengelompokan yang seimbang; (5) tujuan yang jelas; (6) manajemen waktu yang baik; (7) perencanaan yang efektif; (8) organisasi kelas yang baik; dan (9) penggunaan orang dewasa lain secara efektif di kelas.

Tegasnya, gagal merencanakan sama artinya merencanakan untuk gagal. Perencanaan efektif merupakan salah satu faktor sukses mencapai tujuan pembelajaran secara paripurna.

Arends (2001: 71) menyatakan, “Planning and making decision about instruction are among the most important aspects of teaching, because they are major determinants of what is taught in schools and how it is taught”.

Konsepsi mengajar memuat 2 hal penting, yaitu (1) guru harus menguasai materi ajar; dan (2) guru mampu menguasai berbagai strategi untuk menyajikannya secara efektif.

Dalam sudut pandang lain, Clark & Lampert (1986) menyatakan, “Teacher planning is a major determinant of what is taught in schools. The curriculum as published is transformed and adapted in the planning process by additions, deletions, interpretations, and by teacher decisions about pace, sequence, and emphasis. And in elementary classrooms, where a teacher is responsible for all subject matter
areas, planning decisions about what to teach, how long to devote to each topic, and how much practice to provide take on additional significance and complexity. Other functions of teacher planning include allocating instructional time for individuals and groups of students, composing student groupings, organizing daily, weekly, and term schedules, compensating for interruptions from outside the classroom and communicating with substitute teachers”.


Seorang guru memiliki peran utama sebagai perancang sekaligus pelaksana pembelajaran. Ia harus menyiapkan perangkat perencanaan pembelajaran untuk mengorganisasikan dan menyajikan materi dalam setiap pertemuan di kelas. Ia perlu pertimbangan cermat memilih strategi mengajar guna mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

Komponen Utama Rencana Pembelajaran

Berikut ini beberapa komponen penting yang harus ada dalam sebuah rencana pembelajaran. (lihat tabel)



Persepsi Guru
Dalam sebuah kajian berjudul “Analysis of Mathematics Instructional Design As An Instrument for Mathematics Teaching Reform”, penulis pernah melakukan kajian deskriptif terhadap profil dokumen rencana pembelajaran yang disusun oleh para guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) di wilayah Kota Bogor. Mari kita simak beberapa contoh berikut:

Tujuan Pembelajaran
Melalui media yang diharapkan siswa dapat mengganti jenis mata uang dengan mata uang lain sesuai dengan nilai tukar dan menaksir jumlah barang yang dapat dibeli”
(R8, MI Ashibyan Ianatul Huda).
“Siswa dapat melakukan sesuatu sesuai dengan permintaan” (SY 2,MI Tarbiyatusshibyan).

Dari dua contoh tujuan pembelajaran itu, guru belum dapat menyatakan tujuan pembelajaran sesuai kaidah Subjek + Kata Kerja Operasional + Informasi Relevan.

Tampak bahwa tujuan pembelajaran tidak operasional dan cenderung tak jelas menggambarkan kompetensi apa yang ingin dikuasai siswa.

Strategi Pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran matematika yang dirancang oleh LAY 4 (MI Semplak Pilar) berikut menggambarkan dominannya peran guru sebagai pengajar ketimbang memberikan kesempatan siswa mengeksplorasi pengetahuannya.

Langkah-Langkah Pembelajaran:
A. Kegiatan Awal
Guru mengkondisikan kelas.Guru dan siswa membaca doa sebelum belajar.
Membaca surat-surat pendek (tadarus).

B. Kegiatan Inti
Guru menugaskan kepada siswa untuk mengerjakan soal latihan yang berhubungan dengan ‘membandingkan dua buah benda yang mempunyai panjang berbeda’ dengan
menuliskan kata lebih panjang dari, lebih pendek dari, sama panjang dengan.

C. Kegiatan Akhir

Guru memberi penguatan serta menyimpulkan materi. Guru memberitahukan pelajaran yang akan datang. Guru menutup-mengakhiri pelajaran dengan membaca hamdalah (doa). Siswa mengucapkan salam kepada guru sebelum keluar kelas dan guru menjawab salam.










Asesmen Pembelajaran
Sebagian besar kita cenderung menggunakan satu alat evaluasi, yaitu tes isian. Tragisnya, tes isian hanya mampu mengukur kemampuan berpikir tingkat rendah, seperti mengingat fakta/informasi dan pemahaman prosedural, seperti menyebutkan ibukota negara, kepanjangan sebuah akronim, atau menyebutkan rumus persegi panjang.

Kita perlu beragam alat evaluasi. Logikanya, makin beragam alat evaluasi, semakin akurat dan mudah menilai perkembangan belajar siswa dan menilai keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.

Pembuatan rencana pembelajaran yang baik memang bukan satu-satunya cara memastikan pembelajaran akan efektif. Namun, tanpa rencana pembelajaran yang baik, pembelajaran efektif hanyalah impian semata. TG

Penulis: Asep Sapa’at
Trainer Pendidikan, Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa

1 komentar:

Teacher Creative Corner mengatakan...

itulah tantangan guru dan pendidikan indonesia saat ini dan nanti, maju pendidikan indonesia, maju bangsaku