Interaksi di Hari Awal Sekolah, Penentu Keberhasilan Komunikasi
Apa persiapan Anda sebagai Guru dan Kepala Sekolah menyambut hari-hari awal sekolah? Setelah selesai rapat kerja, lazimnya di minggu awal sekolah seusai liburan panjang, lebih memerlukan kesiapan Guru untuk segera menghidupkan suasana kelas dan sekolah.
Umumnya di sekolah yang mengusung active learning, minggu pertama merupakan masa orientasi. Kegiatan diwarnai dengan aktifitas pengenalan lingkungan dan membuat kesepakatan antara guru dan siswa. Simak rincian jadwal kegiatan di salah satu sekolah keren di Jawa Barat ini. (Lihat tabel)
Di sekolah yang mengusung kreatifitas dan active learning, kegiatan di atas biasa dilakukan. Berbeda mungkin dengan sekolah-sekolah pada umumnya, yang mengisi masa orientasi dengan berbagai aturan kerutinan sekolah saja.
Melalui media massa kita kerap mendengar banyak kegiatan masa orientasi siswa (MOS) diisi kegiatan disiplin ala militer. Dengan dalih memberi pengajaran soal disiplin, MOS menjadi ajang balas dendam senior pada yunior. Tak ayal, jatuh korban celaka hingga meninggal.
Sesungguhnya, kegiatan di awal perjumpaan sekolah merupakan momen yang amat menentukan. Pengenalan visi sekolah dapat dilakukan sejak awal kedatangan siswa, dengan menciumkan aroma interaksi yang telah terpatri sebagai corporate culture sekolah.
Apa yang Harus Disiapkan?
Tentu perlu ‘banyak’ persiapan. Penanggungjawab acara MOS harus berkordinasi dengan penanggungjawab sekolah, memeriksa apakah mata acara kegiatan yang direncanakan sudah cukup patut dengan segmen sekolah. Selera Guru yang abai dengan cita rasa orangtua murid banyak menimbulkan kesan kurang menguntungkan bagi hubungan sekolah-siswa yang ingin dibangun.
Kreativitas dan ide, perlu disejajarkan dengan cita rasa itu. Untuk segmen sekolah yang berwawasan/bermuatan global, akan sangat mengganggu jika model games yang diadakan sekedar bernyanyi, ikrar, baris berbaris: ‘terkesan garing’ jadinya.
Disinilah termaktub hidden curriculum.
Tak tersurat, namun tersirat. Aturan masa pengenalan sekolah selayaknya menjadi tabir pembuka komunikasi antar siswa dan Guru, antar orangtua dan sekolah.
Meski bukan lagi di kelas awal (kelas I, kelas VII, kelas X), penyelenggaraan
MOS selayaknya tetap dilakukan - apapun sebutannya. Kegiatan awal ini harus menjadi pemantik semangat bagi siswa. Di saat inilah ditanamkan kepercayaan akan kualitas sekolah, utamanya kualitas Guru.
Kumpulkan ide dan ciptakan aktivitas (games) baru yang menantang. Jangan hanya mengulang kegiatan tahun-tahun sebelumnya atau yang sudah biasa disampaikan. Sesuaikan dengan muatan pendukung, seperti muatan leadership dan character building.
Jauhkan dari kegiatan yang bersifat indoktrinasi, apalagi militerisasi. Tahapan usia perkembangan juga harus dicermati. Untuk siswa SMP, kuncir rambut sesuai tanggal lahir, membawa telur yang di stempel pak RT, rok dilapisi rumbai raffia, memang masih sering tampak. ‘Lucu-lucuan’ menjadi latar belakang. Pemaknaan kerap hilang. Sungguh sayang. Seyogyanya, kreatifitas MOS juga harus disertai muatan makna. TG
*) Tulisan ini diterbitkan pada Teachers Guide Edisi No. 09 Vol III/2009. Dapatkan hard copy di toko-toko Gramedia dan Gunung Agung sekitar Anda. Atau hubungi bagian berlangganan Hp/SMS ke 021 68458569
Tidak ada komentar:
Posting Komentar