Teachers Forum
Gaji kecil yang dulu sempat saya pikirkan ternyata bukan masalah besar buat saya. Saya makin mantap menjadi Guru ...
Sewaktu SMA, tak pernah terklintas cita-cita menjadi Guru. Sebuah profesi yang tak menarik dan bergaji kecil. Lulus SMA, saya masuk ke jurusan teknik informatika. Lulus, jadi sarjana! Lantas sebuah perusahaan menerima saya, dan mengharuskan bekerja di kantor Jakarta.
Saya merasa tak nyaman tinggal di Jakarta. Kehidupan di Ibukota ini membuat saya tak betah. Akhirnya saya kembali ke Jogja dan mencari pekerjaan lagi.
Seorang teman menawarkan posisi sebagai guru TIK di SMA De Britto. Dari pada nganggur, saya masukkan lamaran, diterima, dan mulai bekerja Mei 2005.
Rasa deg-deg-an luar biasa saya alami saat pertama mengajar. Laki-laki semua! Bahan mengajar sudah saya siapkan. Pertama kali berdiri di depan kelas, rasanya mau pingsan. Jam berputar lama sekali. Sembilan puluh menit bagaikan seminggu. Takut kehabisan bahan. Begini terus rasanya selama satu semester.
Semester ke dua, grogi dan bingung kian berkurang. Saya mulai bisa menikmati, dan mengenal pribadi siswa yang beda-beda. Dunia remaja dan permasalahannya saya masuki. Kegembiraan saat berada di sekolah merayap dahsyat. Muridku nyeleneh, lucu dan aneh-aneh.
Tahun ke tiga, saya ditugaskan menjadi wali kelas sosial. Karakter kelas sebelas sosial ini menjadi tantangan. Peran saya tak hanya sebatas mengajar, namun belajar mendidik siswa. Belajar memperhatikan secara personal persoalan siswa, mulai dari masalah keluarga, cinta, hingga hambatan belajarnya. Saya merasa harus terus belajar dan bekerja optimal.
Manusia punya banyak rencana, Tuhan menentukan. Akhirnya, menjadi Guru adalah pilihan saya, dan tak pernah menyesal pada pilihan ini. TG
E.Megia Novita
Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi SMA De Britto Jogjakarta.
Dari buku “Banyak Jalan Menuju LA . 161”, editor St. Kartono.
Mei 03, 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar