Tersebutlah sebuah berita di surat kabar:
Sekolah Merdeka Indonesia Jadilah Partner Kami, Berbagi Semangat di Bidang Pendidikan Dalam rangka pengembangan sekolah, kami mencari kandidat yang berkualitas untuk mengisi posisi sebagai berikut:
1. Guru hebat di bidang: Matematika, Ekonomi, Seni, Musik, Bahasa Indonesia, Agama (Islam, Katolik, Kristen,Hindu, Buda), Sains (Fisika, Biologi,Kimia), Physical Education
2. Public Relations
3. Logistic Support
4. Koordinator Laboratorium (Fisika, Kimia, Biologi)
5. Quality Assurance
6. Remedial Teachers
7. Terapis Okupasi
8. Marketing Specialist
9. License Specialist
10. Maintenance Supervisor
11. General Service Support Supervisor
12. FaciIlity Management Supervisor
13. Info & Sales Representatives
14. Internship Staff
Persyaratan:
a. Lulusan Universitas (S1-S2) sesuai bidang
b. Berpengalaman sesuai bidang
c. Lancar bahasa Inggris (lisan tulisan)
Kirim melalui e-mail: hrd@merdekaindonesia. org.com (bukan email sebenarnya)
Nah, dari info ini terbayang kan siapa saja yang berhak mengisi lowongan atau posisi ini. Jabatan-jabatan tak umum ternyata ada lowongannya Spesialis Lisensi? Wow… ini pasti sekolah ber-merk asing yang sedang mengembangkan pasar di Indonesia. Rupanya penting ya menghadirkan seorang ahli lisensi di sekolah, bukan sekadar konsultan lepas.
Di bagian pemasaran, dibutuhkan posisi sales representative dan pemberi informasi. Sudah pasti konsumen yang dibidik juga pada tingkat atas. Mereka juga tak mau repot dengan kehadiran calon pegawai yang bisa jadi berjubel. Melalui e-mail akan diseleksi dulu pengalaman dan administratif lamaran yang mendekati selera dan kebutuhan.
Meski tak disebut minimal usia, bisa jadi yang berani melamar adalah yang memilki kompetensi unggul. Persaingan kerja di dunia pendidikan makin diperebutkan oleh para sarjana non- kependidikan. Sekolah macam ini seringkali tak mencari ‘ketulusan hati‘ seorang Guru. Mereka lebih mengedepankan skill. Mempertaruhkan sebuah keahlian bidang khusus.
Menurut pengakuan bagian SDM di sekolah ternama, biasanya begitu dibuka iklan lowongan pekerjaan di media nasional, ratusan surat lamaran masuk. Beragam latar belakang. Seleksi akan didasarkan pada pilihan pengalaman, asal universitas, dan kesesuaian bidang. Diperhatikan pula tata bahasa Inggris yang digunakan (meski mungkin bukan pelamar yang menulis), juga foto diri sebagai gambaran performa.
Mereka yang mendekati kualifikasi akan dipanggil wawancara.
“Di sini sangat mudah merontokkan kandidat. Yang bahasa Inggrisnya pletat pletot langsung gugur,” kata kepala bagian SDM yang tampak sangat percaya diri ini. Nah, begitu wawancara selesai, dilakukan debat kasus , kemudian menjalani tes micro teaching. “Kalau sudah sampai sini, pilihan tinggal sedikit. Bahkan sering kami tidak menemukan yang kami targetkan,” tambahnya.
Wah …. rupanya pameo Jawa yang mengatakan ‘ono rego ono rupo’ berlaku pula ya. Tawaran renumerasi tinggi di atas rata-rata membutuhkan bentuk kemampuan yang tak biasa.
Hai calon Guru, siap mengisi lowongan ini? Sekedar coba-coba tak ada salahnya. Jika ingin menguji kemampuan siaplah bertempur! Pe de aja lagi. TG
Juni 11, 2009
Kiat Memilih Software Perpustakaan
Teacher Librarian
Kata ‘perpustakaan’ dan library berasal dari kata ‘pustaka’ dan libre yang merujuk ke satu medium penentu peradaban manusia, yakni buku. Empat bangsa besar -Yunani, Romawi, Cina, dan Arab - sudah sejak lama memiliki tradisi menghimpun pengetahuan dalam bentuk buku.
Perpustakaan dituntut dapat melayani transaksi peminjaman buku dengan lebih cepat dan efisien, sehingga perpustakaan berupaya menggantikan sistem kerja manual menjadi terautomasi dengan menggunakan teknologi informasi dan komputer.
Teknologi informasi dan komunikasi (ICT – Information and Communication Technology) yang digunakan untuk menggantikan sistem manual yang ada di perpustakaan disebut dengan istilah Library Automation (UNESCO:2006).
Fungsi-fungsi dasar yang dapat diautomasi adalah katalogisasi, pengadaan, dan sirkulasi. Software perpustakaan ada yang diinstal di satu komputer saja (stand alone), tidak terhubung ke komputer lain, dan ada pula yang terhubung ke komputer lain melalui sebuah jaringan komputer.
Modul-Modul Standar dan Pilihan Software Perpustakaan
1. Modul Pengatalogan
Digunakan untuk membuat, menyimpan, dan mencari data bibliografi. Data yang diinput oleh pustakawan dalam modul ini selanjutnya menghasilkan katalog tercetak maupun elektronik.
2. OPAC (Online Public Access Catalog)
Katalog elektronik yang dihasilkan dari modul pengatalogan selanjutnya dapat diakses oleh pemakai perpustakaan melalui OPAC (Online Public Access Catalog). Pemakai dapat mencari bahan pustaka (buku maupun non buku) melalui modul ini namun tak dapat mengedit data bibiliografi bahan pustaka tersebut. Di dalam OPAC yang sudah terhubung dengan modul sirkulasi, biasanya pemakai dapat mengecek status buku tersebut apakah sedang dipinjam atau tersedia di rak.
3. Modul Sirkulasi
Modul ini menangani proses peminjaman bahan pustaka dan keanggotaan. Proses yang ditangani oleh modul ini mencakup : perpanjangan peminjaman bahan pustaka, manajemen denda, menginput data anggota perpustakaan, menonaktifkankeanggotaan, pencatatan buku yang hilang, pencatatan pinjam antar perpustakaan, stock opname (inventory) bahan pustaka, pembuatan laporan statistik peminjaman, laporan denda dan lain-lain.
Modul-modul yang bersifat pilihan (optional) di dalam sebuah software perpustakaan :
1. Modul Pengadaan (Acquisition)
Modul ini mengelola pembelian dan penerimaan bahan pustaka, pengembalian atau pembatalan pemesanan buku, melakukan proses komplain (claim) terhadap supplier buku yang lalai mengirim buku pada waktunya, dan lain-lain. Modul ini biasanya mampu mengeluarkan laporan statistik pembelian buku.
2. Modul Serial Control
Modul ini mengelola pembelian terbitan berseri seperti majalah, jurnal, koran. Modul ini melakukan pemesanan terbitan berseri, pembatalan pemesanan, perpanjangan masa berlangganan, mengeluarkan surat komplain (claim) terhadap supplier yang terlambat mengirimkan majalah / koran, serta mengeluarkan laporan statistik pembelian terbitan berseri.
3. Modul Inter Library Loan
Modul ini menangani kegiatan peminjaman antar perpustakaan, seperti memonitor anggota perpustakaan yang meminjam koleksi dari perpustakaan lain, membuat surat komplain jika ada buku yang dipinjam dan terlambat dikembalikan oleh perpustakaan lain, mengeluarkan laporan statistik mengenai kegiatan peminjaman antar perpustakaan,
dan lain-lain. Modul ini sangat jarang igunakan oleh perpustakaan, kecuali untuk perpustakaan yang memiliki tingkat peminjaman antar perpustakaan yang sangat tinggi.
4. Web OPAC
Web OPAC adalah OPAC yang dapat diakses melalui browser WEB seperti
Internet Explorer, Opera, dll. Web OPAC yang telah di-publish di internet
dapat diakses oleh pemakai dari seluruh dunia.
Cara Mendapatkan S oftware Perpustakaan
Software perpustakaan umumya didapatkan melalui 3 (tiga) cara :
1. In House, yaitu dibuat di dalam nstitusi atau organisasi induk perpustakaan, dikerjakan oleh karyawan dari Departemen Komputer / IT di institusi tersebut.
2. Membeli software perpustakaan dari Vendor. Software yang ditawarkan vendor terdiri atas dua jenis:
a. Software perpustakaan siap pakai, dikenal dengan istilah Turnkey system.
b. Paket software perpustakaan yang bersifat modular, ditawarkan dan dijual per-modul.
3. Menggunakan software perpustakaan
Open Source yang dapat di download secara gratis dari Internet. Contoh Software perpustakaan open source adalah: Koha, OpenBiblio, ph0 MyLibrary, GNUTeca, Phyteas (OSDL).
Tiap sistem tersebut memiliki Kelebihan dan kekurangan. Pilih dengan cermat dan paling sesuai dengan kondisi sekolah Anda.TG
Ari Suryandari, SS, SKom
Mantan Kepala Perpustakaan Program Study Magister Managemen
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
*) Tulisan ini diterbitkan pada Teachers Guide Edisi No. 8 Vol III/2009.
Dapatkan hard copy di toko-toko Gramedia dan Gunung Agung sekitar Anda.
Atau hubungi bagian berlangganan Hp/SMS ke 0856 8040 385.
Juni 10, 2009
YAYASAN SIMAK BANGSA : LAUNCHING DAN DEKLARASI PENDIDIKAN BERKARAKTER
DEKLARASI DAN REKOMENDASI
PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI LANDASAN KEBANGKITAN ANAK BANGSA
Kami mewakili sekelompok anak bangsa yang memiliki keprihatinan pada kondisi pendidikan di tanah air, menyatakan bahwa pembentukan karakter adalah sebuah kepentingan bersama yang paling strategis dan penting saat ini, untuk menyiapkan generasi bangsa yang berkarakter unggul.
Keprihatinan ini didasari pada banyaknya penurunan nilai-nilai di masyarakat. Indikasi hancurnya tatanan hidup kemasyarakatan dan individual semakin meningkat. Keluarga dan Sekolah sebagai institusi pendidikan mengalami banyak kendala dalam membina karakter anak bangsa yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Diperlukan kemampuan untuk menyiapkan generasi mendatang yang penuh kompetensi seimbang, tanpa meninggalkan kepribadian luhur yang telah dimiliki oleh bangsa ini sejak dahulu. Bukan terbatas hanya pada wacana belaka.
Keluarga adalah benteng utama pembentukan karakter anak bangsa. Sekolah adalah institusi formal yang diharapkan mampu mewujudkan pembentukan karakter. Sistem dan program serta kualitas guru di sekolah menjadi pilar utama dan bersinergi secara positif dengan keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Problematika pentingnya pendidikan karakter ini merupakan hasil pemikiran mendalam melalui Seminar Nasional “ PENDIDIKAN BERBASIS PEMBENTUKAN KARAKTER SEBAGAI LANDASAN KEBANGKITAN ANAK BANGSA”, yang diselenggarakan oleh Yayasan SiMAk Bangsa (Sinergi Membangun Anak Bangsa) di Hotel The Sultan, Jakarta, pada Minggu 7 Juni 2009. Pembahasan ini menghasilkan beberapa butir kesepakatan berupa Deklarasi dari Visi dan Semangat yang ingin kami rekomendasikan kepada seluruh komponen bangsa agar dapat digulirkan sebagai sebuah Visi Bersama dan diwujudkan dalam sebuah Gerakan Nasional Pendidikan Berkarakter.
Deklarasi :
1. Dinyatakan bahwa Undang-Undang Dasar 45 (amandemen) dan UU terkait pendidikan nasional di tingkat makro sebagai payung kebijakan, telah berpihak pada pembentukan karakter anak bangsa sebagai tujuan pendidikan nasional. Dan dinyatakan: masih terdapat kesenjangan antara kebijakan perUndang-undangan tersebut dengan penerapan praktikal pendidikan di tingkat mikro.
2. Pendidikan karakter anak bangsa adalah sebuah kebutuhan mendesak yang perlu disegerakan menjadi fokus perhatian semua elemen bangsa. Jika penyelenggaraan pendidikan nasional tidak memasukkan atau tidak memerhatikan pengembangan karakter, mangakibatkan kehancuran bangsa.
3. Guru perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan mengelola kelas dalam suasana yang memerhatikan nilai-nilai kemanusiaan dan interaksi sosial yang harmonis. Guru harus memiliki kesadaran dan wawasan pentingnya pendidikan berbasis pembentukan karakter. Keterampilan mengelola kelas menjadi basis terkecil proses besar berskala nasional.
4. Agar masyarakat pendidikan nasional dapat terus meningkatkan pentingnya pendidikan karakter tersebut, diperlukan kegiatan dan jaringan komunitas yang peduli pada pengembangan kurikulum pendidikan nasional.
REKOMENDASI :
1. Mendorong para pengelola sekolah, khususnya Guru, sebagai ujung tombak pendidikan pada tingkat mikro, baik di pendidikan swasta, pemerintah, maupun pendidikan berbasis keagamaan (dibawah Departemen Agama), agar bersinergi dan bekerja sama, untuk mewujudkan sistem pendidikan yang tidak hanya terbatas pada pengajaran dan kegiatan di kelas saja, namun kembali menjadi pendidikan yang mengaplikasikan pengembangan karakter menuju insan yang cerdas dan berakhlaq dalam perubahan tata interaksi saat ini dan mendatang, serta memiliki jiwa kepemimpinan, untuk diri sendiri, lingkungan dan masyarakat yang lebih luas.
2. Mengajak para pengambil kebijakan pendidikan di tingkat pusat dan daerah, serta kalangan pendidik dan masyarakat di seluruh Indonesia, untuk bersama-sama mendukung pengembangan program pendidikan baik formal, informal dan non formal yang memberi perhatian dan penekanan lebih besar pada kualitas guru, fasilitator, pelatih sebagai praktisi pendidikan, untuk menumbuhkan pembiasaan melalui keteladanan dan pengajaran berdasar pembetukan karakter.
3. Bersama-sama menolak pola tindak, perilaku dan budaya yang tidak sesuai dengan kebesaran diri manusia Indonesia yang sesungguhnya memilki jati diri yang luhur adi luhung.
4. Mendorong pihak-pihak yang terkait dengan implementasi kebijakan pendidikan nasional, untuk mengatasi kendala dan hambatan bagi pengembangan pendidikan karakter.
Jakarta 7 Juni 2009
Yang menyatakan Deklarasi
a. Seluruh peserta seminar nasional “Pendidikan Berbasis Pembentukan Karakter Sebagai Landasan Kebangkitan Anak Bangsa”.
b. Yayasan SiMAk Bangsa sebagai komunitas yang memiliki visi-misi kepedulian pada pendidikan berbasis karakter beserta jaringan pendukung.
*****
YAYASAN SiMAk Bangsa
'Sinergi Membangun Anak Bangsa'
Visi:”Menjadi lembaga yang menginisiasi, mensinergikan dan menjalankan program peningkatan mutu pendidikan di Indonesia demi pembangunan anak bangsa yang seutuhnya.”
Misi: ”Membangun anak bangsa sehingga memiliki kepribadian luhur, keunggulan akademik dan penguasaan daya tahan hidup yang tinggi.”
Program :
Mengadakan pelatihan-pelatihan dan diklat untuk tenaga pendidik dan kependidikan
Mengadakan pendampingan bagi sekolah-sekolah yang membutuhkan
Merancang dan memproduksi berbagai media pembelajaran yang dibutuhkan
Mendukung dan mengawal isu-isu pendidikan baik di level nasional dan daerah
Produk-produk Training:
Power Full Learning
Power Full Teaching
Leadership for Principal Training
Sinergic Class Training
Strong-Character Teacher
STRUKTUR ORGANISASIPendiri:• Dedhi Suharto, Ak., M.Ak.,CISA
• Drs. H. Razuan Syahrizal
Pembina:
• Drs. H. Razuan Syahrizal
• Dedi Martoni, S.Pd.,M.Si
• Drs. Sukro Muhab, M.Si
Pengawas:• Dedhi Suharto, Ak., M.Ak., CISA
Pengurus:
Ketua : Drs. H. Syamsuddin
Sekretaris : Sapto Sugiharto, S.Pd
Bendahara : Shintawati, S.Si
Hotline SiMAk Bangsa: Telp : 0251-8957075
Sapto Sugiharto, S.Pd : 0818717006
Shintawati, S. Si : 081314103935
Email : simak_bangsa@yahoo.com
Juni 02, 2009
SADe’s Tradisional Festival 2009
Menumbuhkan Cinta Budaya Bangsa bagi siswa Sekolah Alam Depok
Siaran Pers dari Sekolah Alam Depok/Juni 2009. Menumbuhkan rasa cinta budaya pada anak-anak sejak dini. Dengan kekuatan budaya dalam diri anak, ia akan tumbuh berkarakter dan mampu tampil berakar budaya saat kelak di ajang globalisasi.
Itulah misi acara SADe’s Traditional Festival 2009 di Sekolah Alam Depok, Jawa Barat. Sejumlah kesenian daerah ditampilkan, seperti tari Kicir-kicir (Betawi) oleh siswa Play Group dan TK-A, tari yamko rambe yamko (Papua) oleh siswa TK-B, tari Saman (Aceh) oleh siswa SD-1, Lenong bocah (Betawi) oleh siswa SD-2, Pencak silat (Jawa Barat) oleh siswa SD-3.
Supaya lebih kental suasana budaya, tiap kelas membuat stand bertema daerah tertentu sesuai pentas budaya yang mereka tampilkan. Ada cenderamata, makanan khas daerah, contoh rumah adat, alat musik, permainan tradisional, dan lainnya.
Acara diawali dengan lenggak-lenggok anak-anak TK-A yang menampilkan barisan penari Kicir-kicir menyambut tamu dating. Imam Budi Hartono (anggota legislatif Kota Depok) memukul bedug membuka acara ini, yang kemudian diiringi gemuruh petasan yang disambut tari dan nyanyi Yamko Rambe Yamko oleh anak-anak TK-B.
Para penonton terpingkal menyaksikan gerak dan celoteh siswa SD-2 menampilkan Lenong bocahnya dengan spontan dan lucu. Juga terkagum melihat keteraturan dan keharmonisan gerakan tari Saman dan pencak silat. Selain penampilan dari siswa, tak kalah menariknya para guru menyanyikan medley lagu-lagu daerah. Acara ditutup dengan lomba bakiak oleh orangtua. Wah, heboh banget deh...
Semoga dengan langkah kecil ini jadi awalan baik menumbuhkan cinta akan budaya bangsa.TG
Juni 01, 2009
Surat BSNP pada Sekolah inklusi
Mungkin dokumen resmi tentang pengaturan perlakuan Ujian Nasional bagi peserta didik program inklusi belum pernah Anda baca. Peraturan kependidikan di negeri kita seringkali tidak tersosialisasikan dengan baik. Alih-alih menerima dokumen resmi, aturannya saja sering simpang siur.
Surat resmi ber-kop surat Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tertanggal 17 Februari 2009, dengan nomor suat 1596/BSNP/II/2009 yang ditujukan kepada seluruh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi mengatakan: “Menindaklanjuti keputusan bersama antara BSNP dengan Direktorat Pendidikan Luar Biasa Depdiknas tentang beberapa perlakuan khusus untuk peserta didik program inklusi
dan Ujian Nasional (UN) tahun ajaran 2008/2009, bersama ini kami sampaikan penyempurnaan POS UN TP 2008/2009 sebagai berikut:
1. Soal, SKL dan waktu (yang disediakan untuk ujian) sama
2. Untuk peserta didik tuna rungu pada ujuan Bahasa Inggris bagian listening comprehension, diganti dengan reading comprehension (untuk level SMP-SMA)
3. Untuk peserta didik tuna netra, naskah soal ditulis huruf Braille
4. Jika naskah soal tidak dimungkinkan ditulis huruf Braille, maka:
• Naskah soal dibacakan di ruang tersendiri dengan tetap menjamin kerahasiaan, objektivitas dan akuntabilitas
• Waktu ditambah 30 menit
• Yang mengisi lembar jawaban adalah yang membacakan soal
Demikianlah, surat dinas yang ditandatangani Ketua BSNP Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd.,Kons. , selanjutnya minta perihal ini disebarluaskan dan dilaksanakan secara nasional. (Isi teks surat sesuai lampiran resmi yang diedarkan).
Adakah Sekolah Anda Inklusi?
Ketika sekolah Anda memutuskan untuk menerima siswa berkebutuhan khusus, kemudian sudah memberlakukan proses pendidikan khusus (dengan IEP – individualized Education Programe), lantas siswa dengan spectrum autisme, down sindrom, slow learner, asperger, ADHD, akan ikut serta dipertarungkan dalam UN yang memuat ratusan soal pilihan ganda, tanpa lay-out patut dan memuat soal yang bersifat knowledge (pengetahuan) saja? Jelas takkan lulus!
Menurut pejabat yang berwenang, jika siswa Special Need (SN) didaftarkan sebagai peserta UN, maka perlakuan hanya diprioritaskan untuk tuna rungu dan tuna netra. Selebihnya, diperlakukan secara sama.
Jika tak lulus UN, maka sekolah yang bersangkutan dapat mengeluarkan surat tanda tamat menempuh proses belajar dengan tahapan khusus. Berdasar surat kelulusan ini, siswa SN yang tak lulus UN tadi akan dapat mencari sekolah inklusi lanjutan (tentu saja sekolah swasta, yang tak terlalu membutuhkan
ijazah resmi pemerintah).
Namun jika ini dirasa akan membuat ‘harga diri’ siswa SN terganggu, maka sekolah boleh memutuskan untuk tidak mengikutsertakan siswa tersebut pada UN. Tentu saja dengan persetujuan orang tua.
Sekolah dianjurkan mengeluarkan juga Sertifikat Kompetensi yang berisi narasi pencapaian khusus, misalnya pada bidang seni, olah raga, keragamaan, ketrampilan, dan sebagainya.
Memang tidak mudah mempertemukan berbagai kepentingan. Undang-undang Sisdiknas Pasal 32 ayat 1, menyatakan bahwa yang disebut sebagai Pendidikan Khusus (PK) meliputi 8 ragam kekhususan, yakni: 1) tuna netra; 2) tuna rungu – tuna wicara; 3) tuna grahita : ringan (IQ = 50 -70), sedang (25-30) dan down syndrome; 4) tuna daksa (ringan dan sedang); 5) autism, asperger; 6) tuna ganda; 7) tuna laras (disruptive, HIV, dan narkoba); dan yang ke 8) kesulitan belajar (termasuk hyperaktif, ADD ADHD, dysgraphia/tulis, disleksia/baca, dyspasia/bicara, dyscalcuta/hitung,dyspraxia/motorik).
Bisa Anda bayangkan, apa yang akan siswa lakukan seandainya mengikuti UN? Yang terjadi selama ini, orang tua dan Guru sekolah inklusi sibuk melakukan terobosan yang sangat tidak menguntungkan bagi siswa SN. Mereka sibuk men-drilling uji soal seperti dilakukan terhadap siswa ‘normal’ demi mencapai angka minimal UN.
Apa dampaknya? Sekolah inklusi jadi lupa pada semangat awal menerima siswa SN, yang semula sudah lurus pada tataran konsep IEP dan cara penyampaian yang lebih individual. Mengapa kini demi UN, semua harus menjadi universal?
Orang tua siswa SN juga seringkali tidak fair. Mereka bangga jika anaknya memperoleh ijazah umum. Mereka menuntut sekolah melakukan pengayaan lewat kursus tambahan dengan materi UN. Alih-alih siswa terlayani kebutuhan inklusi-nya secara berkesinambungan, yang ada hanya menghabiskan waktu untuk kejar tayang meski itu tidak akan berguna bagi kehidupannya masa depan. Ketrampilan yang mereka dapatkan menjadi tak bernilai.
Jadi Bagaimana?Pejabat BSNP di atas juga mengatakan, sebaiknya sekolah mengkomunikasikan hal ini sejak awal kepada orang tua. Konsekuensi-nya juga harus ditanggung, bahwa ternyata tidak ada perlakuan istimewa untuk anak istimewa mereka (kecuali yang tuna rungu dan netra).
Terbayang ya sulitnya. Tapi terus saja mencari solusi dan tak surut semangat untuk menjadikan sekolah inklusi Anda menemukan bentuk yang ideal. Jangan surut dan takut menerima siswa SN. Lakukan komunikasi yang seluasnya.TG
Sekolah Inklusi : Jangan Mau Uangnya Saja.
Inilah kritik Pak Direktur PLSB Ekodjatmiko Sukarso pada sekolah inklusi yang getol mengajukan permohonan bantuan dana."Untung ada Pak Eko." Demikian komentar banyak atas keberadaan Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa Depdiknas, Ekodjatmiko Sukarso, yang kami temui persis di hari ulang tahunnya yang ke 59, di halaman kantornya di jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, di kolam ikan dan gazebo mininya. Dengan penuh semangat dan agresif membuat terobosan serta Pemahaman Undang-undang dan aplikasinya, Pak Eko banyak dipuji sebagai orang yang cepat tanggap.
Pak Eko pula yang memanggil para praktisi seni terbaik untuk diajak membuat standar kompetensi bagi siswa berkebutuhan khusus, (termasuk yang cerdas - istimewa). Ratusan proposal yang ada di meja direktorat PSLB selama ini meminta dukungan dana untuk pengembangan sekolah, untuk sarana prasarana. Entah berapa banyak dana yang mengucur.
“Pernah ada yang mengajukan bantuan dana. Sewaktu diverifikasi, rupanya dia meminjam anak SLB untuk menjadi bukti bahwa di sekolah itu memang benar inklusi. Setelah dana turun, eh…dia kembalikan siswa itu ke SLB lagi. Wah….. kena tipu kita,” ujar Pak Eko yang tampak jauh lebih muda dari usianya ini.
“Ada juga setelah mendapat subsidi, anak berkebutuhan khusus itu dibiarkan, tidak diurus, dengan tujuan agar anak tersebut tidak betah, dan oleh orang tuanya dipindahkan lagi ke sekolah khusus (SLB).
“Seringkali bantuan yang ada juga tak dipakai dengan benar. Pernah ada bantuan dari luar negeri sejumlah grand-piano berkualitas sangat bagus. Harganya 300 juta per buah!. Ketika saya cek keberadaannya di sebuah sekolah yang katanya khusus mengembangkan ketrampilan bermusik, saya lihat piano anggun ini sudah dipasangi gembok dengan cara dibaut. Dua gardannya juga patah. Padahal tidak mungkin terjadi jika bukan disengaja dipatahkan.”
“Sejak 2006 saya ingin mengubah paradigma tentang anggapan orang bahwa anak berkebutuhan khusus bukan anak sisa-sisa. Kemarin ada invenstor dari Real Madrid, Spanyol, yang ingin membuat sekolah khusus. Dia lihat, anak Indonesia ada 40 juta-an. Masak tidak ada 22 anak yang bisa dijadikan pemain bola hebat. Mengapa harus orang asing?"
“Saya juga sedang mengubah konsepsi tentang sekolah akselerasi, yang nantinya akan diukur dari nilai matapelajaran MIPA-nya saja. Agar jangan arogan. Dan harus dalam bahasa Inggris,” tambahnya.
Ekodjatmiko Sukarso sudah banyak berbuat, tapi juga menyimpan banyak mimpi. Ayo kita sambut dengan dukungan usulan. Jangan hanya ngedumel, tak berbuat apa-apa. Dana ada, pergunakan dengan semestinya! TG
*)Tulisan ini diterbitkan pada Teachers Guide Edisi No. 8 Vol III/2009. Dapatkan hard copy di toko-toko Gramedia dan Gunung Agung sekitar Anda. Atau hubungi bagian berlangganan Hp/SMS ke 0856 8040 385.
info SEMINAR NASIONAL "PENDIDIKAN BERBASIS PEMBENTUKAN KARAKTER SEBAGAI LANDASAN KEBANGKITAN ANAK BANGSA"
Yayasan SiMAk Bangsa bekerjasama dengan JSIT Indonesia menyelenggarakan :
PENDIDIKAN BERBASIS PEMBENTUKAN KARAKTER SEBAGAI LANDASAN KEBANGKITAN ANAK BANGSA
The Sultan Hotel Jakarta, Minggu 7 Juni 2009. Pk. 08.00 s/d 17.00 WIB
Manfat :
• Memberikan wawasan pendidikan berbasis pembangunan karakter.
• Memberikan wawasan arah kebijakan pendidikan nasional dalam membangun karakter anak bangsa.
• Memberi masukan kepada pemerintah mengenai pendidikan berbasis pembentukan karakter.
• Memberikan wawasan implementasi pendidikan karakter di sekolah dan di rumah.
Anda, para kepala sekolah, guru, orangtua dan praktisi pendidikan akan banyak mendapat manfaat dari seminar ini.
Keynote Speech : Mendiknas Prof. Dr. Bambang Soedibyo *
Plenary Lecture :
"Arah Kebijakan Pendidikan Nasional dalam Pembentukan Karakter Anak Bangsa."
Pembicara :
• Suyanto Ph.D., (Dirjen Mandikdasmen Depdiknas RI).
• Dr. Fahmi Alaydroes, M.Ed. (Pembina JSIT Indonesia).
“Sinergi antara Sekolah dan Rumah dalam Pembentukan Karakter Anak.”
Pembicara:
• Dra. Aan Rohanah, M.Ag. (Anggota Komisi X DPR RI)
• Dra. Angie Siti Anggari (Yayasan Tara Salvia)
Parallel Sesion:
"Sistem Sekolah Berbasis Pembentukan Karakter” Pembicara :
M. Zahri , M.Pd. (Direktur LPI Al Hikmah Surabaya)
“Bullying dan Penanganannya”.
Pembicara : Dra. Diena Haryana, M.A, (Pendiri Yayasan SEJIWA).
“Guru sebagai Agen Pengubah dalam Pembentukan Karakter Siswa“ Pembicara: Drs. Masruri (Direktur Kualita Pendidikan Islam, Surabaya).
“Penerapan Pendidikan Karakter dalam Aktifitas Luar Kelas” (After School Program).
Pembicara: Dra. Kadarwati, M.Si. (Kepala Sekolah SMAN 6 Jakarta).
Pendaftaran peserta hubungi:
Shinta 0813 141 03935, dan 0251 895 7075
Eka 0813 175 34045 Investasi Rp. 350.000,- per orang (discount khusus untuk pendaftar sampai 29 Mei).
Fasilitas : Seminar kit, sertifikat, konsumsi.
Pembayaran melalui transfer via Bank/ATM
Rek. BSM Cabang Bogor No. 0160008947
Bukti transfer difaks ke no. 0251 753 5753 ext. 452
YAYASAN SiMAk Bangsa.
Sinergi Membangun Anak Bangsa
Didukung oleh Teachers Guide, majalah dwibulanan guru professional
Langganan:
Postingan (Atom)