November 07, 2010

Cover Story : TECHNOPRENEURSHIP



Di dunia ‘sana’, jauh dari negeri kita, badan dunia PBB dan ITU (International Telecommunication Union) melalui WSIS (World Summit on the Information Society)yang merupakan forum teknologi informasi dan komunikasi dunia, mencanangkan kesepakatan hingga tahun 2015, yang perlu kita telaah lantaran berkolerasi de­ngan pendidikan. Yaitu, kesepakatan untuk mengembangkan semua lini pendidikan dan teknologi informasi & komunikasi (TIK) termasuk perpustakaan, pusat kebudayaan, museum, kantor pos dan kearsipan.

Realita Sistem Pendidikan Indonesia

Apakah mutu dan sistem pendidikan Indonesia sudah bisa menjawab hal itu?

Sudahkah semua kurikulum mulai SD hingga PerGuruan Tinggi tersistem pada Teknologi Informasi dan Komunikasi? Pertanyaan lebih mendasar lagi: apakah para pendidik/Guru sudah menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasi?

Realitanya, kalau pun kurikulumnya ada, tak dilengkapi sarana. Program pendidikan gratis dari Pemda yang melarang pungutan kepada siswa, menjadi alasan untuk tidak melaksanakan program pembelajaran praktek berbasis TIK yang memadai.

Guru pun tak sepenuhnya menguasai TIK. Bahkan untuk sekedar mengoptimalkan komputer untuk menuliskan ide/gagasan belum dikuasai. Apakah hanya bisa menyalahkan pemerintah yang tak menyediakan sarana dan kesempatan belajar?

Kompetensi Technopreneurship

Guru yang memiliki jiwa Technopreneurship (teknologi dan jiwa kewirausahaan) adalah mereka yang selalu melakukan pengembangan ilmu pengetahuan berbasis teknologi dan kewirausahaan. Kompetensi TIK saat ini sudah bukan menjadi kewajiban, melainkan kebutuhan. Penguasaan TIK akan sangat membantu proses pembelajaran dan pengembangan karir ke depan.

Dasar kewirausahaan Guru masa depan:
* Visi, Misi & Manajemen Diri
Guru, dalam pemahaman lebih personal, harus pula memiliki visi misi yang jelas serta manajemen diri yang terukur dan terstruktur.
Sebagai contoh, seorang Guru yang memiliki visi misi menjadi penulis, maka dia akan berupaya mengikuti kegiatan workshop menulis.

* Membangun Brand
Brand atau merek adalah kesan yang kuat dalam pikiran orang lain pada produk, jasa ataupun individu (Eleri Sampson, Build Your Personal Brand). Sebagai Guru pun harus dapat membangun ‘merek’ yang istimewa di hadapan murid, orang tua sesama profesi Guru ataupun pihak atasan.

Dalam konsep Marketing Strategy (Strategi Pemasaran) perusahaan, dikenal istilah STP (Segmentation, Targeting & Positioning). Konsep ini dapat pula diimplementasikan untuk mengembangkan karir dan masa depan Guru, dengan pemahaman sebagai berikut:

Segmentation, seorang Guru sejak awal sudah harus menentukan kompetensi apa yang akan menjadi prioritas, menentukan pihak-pihak yang akan berhubungan dengan diri, serta prioritas kegiatan yang akan diikuti sehingga mendukung proyeksi masa depan.

Targeting, setiap Guru harus memiliki tujuan/goal dan tahapan-tahapan target yang jelas.

Positioning, seorang Guru sejak awal dapat memahami posisi saat ini, dan harus melakukan apa memposisikan diri ke depan; sebagai peneliti, penulis buku/artikel, atau pemimpin bagi diri, kelas, kelompok, sekolah, group sekolah, dan sete­rusnya.

Guru yang berkemampuan “TECHNOPRENEURSHIP” (Teknologi dan Jiwa Kewirausahaan), tak akan pernah ketinggalan jaman, karena semua informasi dapat diakses dan dianalisa terlebih dahulu sebelum karyanya diterbitkan.

Pertanyaan selanjutnya? Sudahkah Guru memiliki kemampuan daya analisa yang memajukan kemanusiaan tertinggi sebagai manusia? Di tengah kemajuan teknologi, kemajuan diri sebagai manusia tetaplah menjadi yang utama.TG

Mustafa, ST., MM
Direktur LKP SmarTech Semarang
www.mysmartech.blogspot.com

Tulisan ini diterbitkan dalam majalah Teachers Guide edisi no. 10/ Tahun ke IV/2010. Dapatkan di toko buku Gramedia dan Gunung Agung. Ketimbang kehabisan, silakan berlangganan. Sirkulasi: (Fleksi) 021-68458569, 0812 8242 801 . Selamat membaca!

Tidak ada komentar: