November 02, 2010

PEMBENTUKAN APERSEPSI MELALUI 4 PILAR. Awali dengan ‘whuahaha ....ha…ha…ha…’ . Masuklah ke ALFA ZONE

Methode


Apa kekuatan sekolah yang ditulangpunggungi oleh pakar-pakar metode pembelajaran yang manusiawi? Inilah yang membedakan sekolah Anda dengan sekolah yang diminati banyak anak. Hidden methode ini menentukan sustainable (kelestarian) sekolah Anda.
Bukan soal fisik dan program serta fasilitas. Melainkan sudah bergerak pada tatanan proses yang makin lama makin dipahami orang tua dan masyarakat sebagai sebuah proses belajar yang memanusiakan anak.

Bertemu muka dengan Munif Chatib, penulis buku “Sekolahnya Manusia”, kami bincangkan sebuah proses yang seharusnya menjadi tata baku proses belajar seluruh anak. Inilah yang akan menentukan pembelajaran bisa berlangsung kompak.

PEMBENTUKAN APERSEPSI


Melalui 4 pilar. Pertama adalah ALFA ZONE. Setelah bertatap muka dengan siswa, mulailah menuju kondisi awal yang menyenangkan. Kesiapan paling untuk memasukkan fakta dan informasi. Dalam keadaan ini, pergerakan dendrite otak sudah harmonis.

Jika divisualkan, gerakannya akan bersama-sama saat mengambil info. Berbeda dengan kondisi teta, di mana anak tampak melamun membayangkan sesuatu, dan bahkan bisa masuk ke kondisi delta, tertidur lelap saat guru menerangkan, kondisi alfa mudah dikenali. Jika sudah tampak senyum mengembang di bibir siswa, dan mata berbinar, saat itulah kondisi alfa sudah on.

Menciptakan alfa zone didapat melalui kegiatan games, cerita lucu, tebak-tebakan, musik, brain gym, dan serangkaian ice breaking lainnya yang tak harus ada hubungannya dengan materi yang akan diajarkan. Tak perlu semua ada. Salah satu saja. Mengingat pentingnya pengkondisian alfa yang diibaratkan seperti peluru, buatlah katalog ice breaking. Targetnya adalah siswa bisa ber ha..ha..ha… ..

Pilar ke-dua adalah WARMER. Menghangatkan ingatan yang sudah lalu. Jika pertemuan itu bukan yang pertama, warmer dimaksukan sebagai pembentuk pengetahuan konstruktivisme, yakni membangun makna baru berdasar pengetahuan yang sudah dimiliki siswa.

Guru me-recall dengan pertanyaan terbuka. “Bagaimana pendapatmu tentang pohon bambu dan pohon kelapa, yang keduanya adalah tanaman yang banyak ditemui di Indonesia. Apa saja kegunaannya?”

Pilar ke-tiga adalah PRE TEACH
. Ini yang sering dilupakan oleh Guru. Jangan heran kalau kondisi kelas kusut masai dan siswa tak terkondisi. Pre teach ini memberi informasi secara manual, bagaimana aturan diberlakukan.

Terlebih pada mata pelajaran sains atau percobaan yang menggunakan alat, pre teach mutlak dilakukan, agar tak terjadi cedera atau kesalahan prosedur.

Pilar ke-empat adalah SCENE SETTING. Kondisi inilah yang paling dekat dengan strategi. Sering pula disebut sebagai hook atau pengait menuju mata pelajaran inti. Contoh: meminta siswa membandingkan benda pilihan dari tas nya, dan berjajar sesui berat benda, adalah scene setting menuju pelajaran matematika ‘berat ringan’.

Seberapa penting pembentukan apersepsi ini? Menurut Pak Munif, jika tak dilakukan, proses belajar jelas tak maksimal, dan akan terjadi down shifting pada otak anak, karena tak di refresh.

Sadarkah Anda, jika berada di ruangan yang penuh dengan visualisai artistik, di gallery misalnya. Apa yang anda rasakan? Saat itulah sesungguhnya otak reptile anda dipuaskan oleh suasana, yang akan menembus 100% kekuatan otak. Luar biasa kan kalau ini diaplikasikan di kelas?

Pelajari terus menerus cara belajar yang kini makin banyak referensi dan pakarnya. Break the lesson ala Bu Dr. Eva Hoffman juga seru. Intinya adalah mengendalikan fokus siswa agar tetap pada pokok materi ajar, dengan keadaan yang nyaman. Anda tahu siapa orang yang paling ahli melakukan break the lesson? Itulah si Tukul dalam acara ‘Bukan 4 Mata’, yang mengikat fokus penonton dengan kalimat “Kembali ke laptop, kaya kuek”, dan fokus penonton pun kembali ke inti persoalan.

Jangan kalah dengan Tukul. Apersepsi akan mengantarkan siswa pada pemahaman konsep yang abadi di otak. TG

*Tulisan ini diterbitkan dalam majalah Teachers Guide edisi no. 10/ Tahun ke IV/2010. Dapatkan di toko buku Gramedia dan Gunung Agung. Ketimbang kehabisan, silakan berlangganan. Sirkulasi: (Fleksi) 021-68458569, 081282422801. Selamat membaca!

Tidak ada komentar: