Rubrik Consult
Pertanyaan:
Kami sudah merasa siap untuk mendirikan sekolah.
Visi-misi sudah ketemu. Apa langkah selanjutnya?
Jawaban:
Pertama, membuat analisas kelayakan sekolah unggulan. Jika anda sudah punya sekolah PG-TK, dapat juga dengan menggunakan konsep sekolah itu yang diperbaiki hingga lebih bagus. Pengembangan menjadikan konsep sekolah baru tidak sama persis dengan konsep yang ada (di PG/TK), sebab juga harus mengakomodir kebutuhan orangtua.
Kedua, dapat juga membuat konsep yang berada satu langkah di atas kebutuhan orangtua. Sehingga,ketika orangtua memasukkan anaknya, akan merasakan banyak proses pembelajaran di sekolah Anda. Jangan membuat konsep yang terlalu jauh di atas kebutuhan orangtua, malahan orangtua tidak mengerti. Orangtua tidak mampu menilai kelebihannya. Sekolah akan dianggap aneh, akan dijauhi. Ini lantaran pemahaman dan pengalaman belajar orangtua pun terbatas.
Di desa, misalnya, orang tua ingin anaknya sekolah, tapi tidak mengerti manfaat sekolah. Lebih baik anak bekerja membantu di kebun atau mengurus ternak. Kalau sekolah itu mampu membawa desa dalam pemahaman proses pembelajaran yang lebih maju, akan lebih baik. Sebab, sekolah memberi dampak luar biasa pada lingkungan orangtua dan masyarakat. Buat konsep sekolah yang lebih maju, baik dari segi proses pembelajarannya dari sekolah yang sudah ada, maupun dari segi kebutuhan masyarakat.
Ketiga, menyiapkan sumberdaya kemampuan: sumberdaya guru, sumberdaya keuangan, jaringan, tim yang akan menggagas konsep itu.
Setelah studi kelayakan, siapkan tim. Siapa yang menyiapkan fisik sekolah, kurikulum, yang menyempurnakan kurikulum, tim marketing, dan menyiapkan pendanaan.
Keempat, evaluasi terus menerus sampai sekolah berhasil...
Sebaiknya menggunakan jasa konsultan. Konsultan banyak menggali berbagai macam konsep, yang terdahulu hingga yang tren saat ini atau yang akan datang. Bandingkan dengan pengelola sekolah, jika sudah merasa menemukan sebuah konsep bagus, dan berhasil dalam pelaksanaannya, berhenti belajar karena merasa cukup.
Konsultan bahkan mempelajari hingga konsep yang ekstrem. Juga mempelajari pasar.
Saat ini, antara visi dan output kadang berbeda. Visi sekolah membentuk anak yang saleh, tapi ukurannya apakah benar sudah terwujud.
Kini sedang ramai dibahas, kurikulum berbasis visi, agar output sesuai dengan visi. Apa betul anak sudah saleh, apa ukurannya? Contoh lain, ingin output anak mandiri. Tapi selama ini ukurannya adalah raport atau UAN, bagaimana bisa?
Contoh lain, kini ada kurikulum berbasis Al Quran. Sehingga, kurikulum KTSP diperkaya dengan nilai-nilai Al Quran. Nah, dari mana nilai Al Quran? Dari materi dalam Al Quran itu sendiri, atau memulainya dari keinginan membentuk anak takwa.
Konsultan membantu analisis dan gagasan baru, agar sekolah ikut maju. Bagaimana mungkin sekolah ikut maju, kalau tidak ada rangsangan dari luar, memecahkan masalah yang muncul di sekolah atau untuk masa depan. Konsultan akan melatih orang dan pimpinan untuk memecahkan masalah, bukan memecahkan masalah itu sendiri. Bagaimana sistem itu bisa dibuat agar pengelola sekolah dan guru mampu memecahkan masalahnya sendiri.
Sekolah sebaiknya ada konsultan yang terus menerus memantau perkembangan sekolah, dan masalah dapat diantisipasi sebelumnya. Kadangkala sekolah ada yang menggunakan jasa konsultan per-masalah, atau dalam periode waktu tertentu. Bisa kita lihat sekolah yang memiliki dukungan seperti ini, dapat mampu menghadapi masalah. TG
Iman Ardhajat Tresna
konsultan pendidikan
motivator
*) Tulisan ini diterbitkan pada edisi 11/2011. Judul cover: MENJADI INDONESIA. Dapatkan majalah Teachers Guide di Gramedia atau Gunung Agung. Atau, silakan berlangganan jika tak ingin luput ketinggalan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar