Sebuah fakta dan data disajikan oleh Sukro Muhab, ketua Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) di seminar yang diadakan oleh SiMAk Bangsa, sebuah komunitas yang sangat peduli pada urgensi pendidikan karakter.
Korupsi:
* Dana BLBI yg diselewengkan: Rp. 130,6 trilyun
* Subsidi rekap bank: Rp. 40 trilyun
* Kebocoran APBN 30%
* Pencurian kayu: Rp. 90 trilyun
* Pajak digelapkan : Rp. 240 trilyun
Indikator Kehancuran Moral :
* Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja
* Penggunaan kata-kata kasar dan buruk
* Tumbuhnya geng-geng/premanisme
* Meningkatnya perilaku menyimpang/merusak
* Semakin kaburnya pedoman moral
* Menurunnya etos kerja
* Semakin rendahnya rasa hormat pada orang tua dan guru
* Rendahnya rasa tanggung jawab invidu dan warga negara
* Membudayanya perilaku ketidakjujuran
* Adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama
Dasar-dasar Pendidikan Moral
Sesungguhnya ajaran agama mengajarkan kebaikan. Contohnya adalah pada ayat ini:
1. Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah yang fitrah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Al Quran -Ar Rum:30)
2. Dalam tubuh terdapat sepotong daging, apabila ia baik maka baiklah badan itu seluruhnya dan apabila ia rusak, maka rusaklah badan itu seluruhnya ... Hadits Bukhari Muslim)
Tujuan Pendidikan Nasional (UUD,UU, PP) juga telah mengundangkan perlunya pendidikan secara menyeluruh atau integrated holistic education system. Realitanya, pendidikan masih berkutat pada pemberian bekal agar lulus Ujian Nasional, atau lulus seleksi mahasiswa baru.
Proses menumbuhkan keimanan, ketaqwaan, serta akhlak mulia sangat penting, tapi terabaikan. Tujuan pendidikan itu jelas menjadi terabaikan!
Persoalannya, apakah buku-buku pelajaran ada mengkaitkan materi sains dengan aspek keimanan & ketaqwaan? Tampaknya belum.
Apakah ada guru yang bisa mengkaitkan itu? Tampaknya belum semua Guru bisa. Apakah guru mau mengkaitkan materi pelajaran dengan aspek keimanan dan ketaqwaan? Belum semuanya mau.
Seriuskah Depdiknas melaksanakan amanat seperti tertuang dalam Tujuan Pendidikan Nasional, fungsi dan tujuan dalam Kurikulum KTSP? Tampaknya kurang serius.
Kalau begitu, apa saja hasil pembelajaran di sekolah? Tampaknya hanyalah: pengetahuan tentang materi dan sedikit keterampilan laboratorium/berbahasa. Apa dampak selanjutnya? Terciptanya generasi yang menganggap bahwa antara ilmu dan agama/moral tidak ada kaitan sama sekali.
Dalam memanfaatkan ilmu sama sekali tidak mengindahkan etika agama, moral dan kemanusiaan. Bangga dengan ilmu yang dikuasainya sehingga dia tidak mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Kuasa.
REKOMENDASI
Perlunya pembelajaran terpadu antara ilmu dan agama digunakan sebagai alat untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa.
Kapan mata pelajaran dapat digunakan sebagai alat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan tersebut?
Apabila kegiatan pembelajaran dapat menumbuhkan kesadaran bahwa:
1. Menutut ilmu itu wajib hukumnya, sedangkan ilmu yang kita pahami itu amat sedikit.
2. Mengantarkan siswa mengenal kebesaran Allah SWT.
3. Mengantarkan siswa untuk pandai bersyukur pada Allah SWT.
4. Mengantarkan siswa untuk patuh dan takut pada Allah SWT.
5. Mengantarkan siswa untuk menjadikan segala ciptaanNya sebagai fakta & data
pengembangan Ilmu.
6. Perintah dan ketetapan Allah SWT betul-betul bermanfaat bagi kita.
Yang terjadi di kelas, pembelajaran tidak menyentuh pada fakta faktual yang menjadi persoalan bangsa. Misalnya, pentingnya energi aktivasi. Apa yang terjadi seandainya tidak ada energi aktivasi?
Suplai oksigen (O2) di udara akan menipis atau oksigen habis sama sekali karena bereaksi dengan gas-gas yang lain. 2H2(g) + O2(g) → 2H2O(l) ΔG = -237,2 kJ/mol.
Contoh ini membangkitkan kesadaran kita, bahwa apa ketetapan Allah SWT adalah yang terbaik bagi kita. Kesadaran bahwa larangan-larangan yang ditetapkan oleh Allah SWT betul-betul bermanfaat bagi kita. Misal, larangan minum minuman keras.
Mengapa? Coba kaitkan dengan reaksi kimia. Bagaimana caranya memunculkan kesadaran akan kebesaran dan rasa syukur pada Allah SWT? Dengan memahami ilmu secara mendasar dan tepat (tidak terjadi salah konsep).
Contoh, pemahaman tentang air. Kita tahu, molekul air dapat berhidrogen antarmalukis molekul. Pada air, molekul-molekul membentuk ikatan hidrogen antarmolekul. Apa pengaruh ikatan hidrogen?
Pada suhu ruang, air berwujud cair. Bagaimana kalau antar molekul air tak ada ikatan hidrogen? Pada suhu di bawah 100ºC, air sudah mendidih. Bayangkan, tak akan ada organisme yang dapat hidup di bumi.
Misal, makanan. Apa yang terjadi seandainya padi mogok berbuah? Untuk dapat sepiring nasi, terpaksa kita mensintesisnya di laboratorium –tapi nyatanya kita belum bisa mensintesis nasi!
Seandainya pun bisa, pasti sepiring nasi akan sangat sangat mahal. Untuk dapat hidup, kita sangat tergantung pada rahmat dan kasih sayang dari Allah SWT! Nah, masih banyak contoh lain. Burung, bila kelebihan makannya disimpan sebagai karbohidrat, ia makin bertambah gemuk sehingga tak ada satu pun yang bisa terbang.
Ada keteraturan pada alam semesta: bumi mengedari matahari sehingga malam dan siang silih berganti. Suhu bumi menjadi tidak ekstrim sehingga nyaman dihuni manusia, hewan, dan tumbuhan.
Bagaimana kalau malam terjadi terus-menerus? Atau siang terus? Bagaimana dengan keteraturan dalam metabolisme makanan di tubuh kita? Bila makanan kita di dalam tubuh langsung dibakar menjadi CO2 dan H2O, satu piring nasi sudah cukup membakar habis seluruh tubuh!
Allah telah memberi perintah: makan makanan yang baik dan bergizi. Persoalannya: dapatkah guru-guru menyiapkan kegiatan pembelajaran yang mengembangkan keimanan/ ketaqwaan siswa? Pasti dapat.
Cara Mengembangkan Pembelajaran Berbasis Keimanan dan Ketakwaan:
(1) Banyak belajar baik materi pelajaran yang diampu ilmu agama.
(2) Mengamalkan perintah semua perintah Allah.
(3) Menjauhi semua larangan Allah.
(4) Dapat menjadi tauladan bagi siswa.
(5) Menyadari profesi guru itu amal da’wah.
Coba renungkan, banyak materi kita ajarkan, tapi tak menyentuh sendi pembentukan karakter. Fakta di atas kiranya jangan menjadi wacana belaka tanpa upaya menjadikan siswa lebih baik. Jadi, yang kita lakukan sebagai Guru di depan kelas, amat berkaitan dengan persoalan bangsa? Sukro Muhab (juga kita semua mestinya) amat prihatin dengan keadaan ini.
Beliau tak hentinya bergerak ‘memasarkan’ pentingnya sekolah mengadopsi segala materi ajar agar berkaitan dengan pembentukan karakter siswa, karakter bangsa!TG
*) Tulisan ini diterbitkan pada Teachers Guide Edisi No. 09 Vol III/2009. Dapatkan hard copy di toko-toko Gramedia dan Gunung Agung sekitar Anda. Atau hubungi bagian berlangganan Hp/SMS ke 021 68458569
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar