Oktober 31, 2009

Guru di Daerah Transmigrasi, Perjuangan Tiada Henti

Foto: Para guru transmigrasi peserta pelatihan wilayah Kaltim, bersama Bu Arum dari Ditjen PKMT Depnakertrans (tengah berkacamata) yang giat mendorong kemajuan pendidikan di daerah transmigrasi.
Satu-satunya cara menemukan batasan dalam hidup ini adalah dengan melangkah melebihi batasan yang Anda sebut sebagai `tidak mungkin`.. The only way to discover the limits of possible is to go beyond them into the `impossible. Arthur C. Clarke

Apa yang Anda bayangkan pada daerah transmigrasi? Hutan, jalan berliku berdebu, tonggeret bersahutan, kepak kepik di malam hari, jauh dari sanak famili. Meski kini teknologi informasi merangsek keheningan hutan melalui handphone, kehidupan di wilayah negeri yang diupayakan terjadi pemerataan persebaran penduduk ini memerlukan ketahanan dan keikhlasan.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, melalui Direktorat Pembinaan Masyarakat dan Kawasan Tertinggal telah melakukan berbagai upaya peningkatan berkehidupan, termasuk pembinaan sekolah.

Sebagai wilayah transmigrasi yang terus dikembangkan, kehadiran sekolah tentu menjadi tumpuan asa. Cerita para Guru yang sempat mengikuti pelatihan bersama majalah Teachers Guide di Padang, Sumatera Barat dan di Samarinda,Kalimantan Timur beberapa waktu lalu membuka kembali semangat kami untuk konsisten menyuarakan kepentingan Guru, yakni pelatihan berkelanjutan.

Ibu Khasanah, perempuan paruh baya, kini menemukan dunia pendidikan dan dunia pengajaran sebagai pelabuhan terakhir hidupnya. Menjadi buruh pabrik, pedagang asongan hingga jadi kernet pernah dia lakoni. Setelah bertemu suaminya,ia hijrah ke daerah transmigrasi di pedalaman Kalimantan. Semangatnya saat mengikuti pelatihan sungguh mengagumkan. Meski kadang tak memahami betul apa yang sedang dibicarakan, Khasanah tetap menunjukkan muka optimis.

Tak usah menghitung-hitung gaji yang dia terima. Memajukan anak bangsa sudah menjadi tekadnya. Kini dia tak mau lagi berpindah, meski ada tawaran mengajar di daerah yang lebih maju. “Biarlah saya di sini saja. Siapa lagi yang akan mengajar jika tak ada yang mau jadi guru di daerah transmigrasi,” kata Khasanah mantap. Raut mukanya berbinar. Kini dia sudah sarjana dari Universitas Terbuka. Meski lambat, insentif dan tunjangan dia terima dengan lapang hati. Pelatihan makin memantapkan langkahnya sebagai guru bagi anak bangsa di daerah transmigrasi.TG

*) Tulisan ini diterbitkan pada Teachers Guide Edisi No. 09 Vol III/2009. Dapatkan hard copy di toko-toko Gramedia dan Gunung Agung sekitar Anda. Atau hubungi bagian berlangganan Hp/SMS ke 021 68458569

Tidak ada komentar: