Oktober 27, 2009
Haruskah Anak Usia TK (bisa) Membaca ?
Keaksaraan tidak hanya ditandai dengan
kemampuan anak membaca dan menulis huruf
atau kata-kata, tetapi yang terpenting
adalah anak memahami setiap kata dan kalimat
dalam tulisan. Membaca adalah aktifitas
belajar yang dominan memerlukan indera
visual, auditori dan juga melibatkan
fungsi penginderaan lain di otak.
Tak ada PR-PROBLEM MEMBACA
(bagi anak-anak),yang ada adalah
PROBLEM GURU dan SEKOLAH.
Herbert Kohl
Kemampuan membaca adalah salah satu kompetensi yang sangat berkaitan erat dalam membantu memahami kontek dan pemahaman bidang studi atau pelajaran yang lain. Kemampuan membaca sangatlah berbeda dengan kemampuan berbicara secara lisan yang dapat berkembang secara alamiah melalui interaksi dengan lingkungan sekitar.
Sejak dulu, membaca menjadi tuntutan wajib bagi guru TK akibat permintaan atau tekanan dari orang tua yang beranggapan bahwa anak lulus TK harus bisa membaca. Terjadilah drilling dan pengajaran yang sangat membosankan dan tidak appropriate.
Keadaan itu diperparah oleh orang dewasa (orang tua dan guru) yang mengajarkan membaca menggunakan cara dan metode yang menyamaratakan karakter dan gaya belajar, bahkan medianya pun itu-itu saja.
Alasan orang tua : Banyaknya SD yang menyelenggarakan tes masuk harus mampu baca-tulis), mau masuk SD favorit,dianggap pintar kalau bisa membaca, membandingkan anaknya dengan anak orang lain yang sudah bisa membaca, baca-tulis lebih penting dari kompetensi yang lain.
Sesungguhnya proses menstimulasi membaca akan menjadi mudah jika tanda-tanda keaksaran sudah muncul dan mulai berkembang atau sudah Click and Clunk.
Ada banyak strategi atau metode untuk dapat menstimulasi anak membaca agar Effective, Fun and Appropriate, diantaranya:
* Kenali gaya belajar (Visual, Auditori dan Kinestetik) masing-masing anak, sehingga dapat distimulasi sesuai dengan gaya belajarnya.
* Stimulasi anak untuk dapat membaca dalam keadaan Fun dan berdasarkan tahapannya.
* Gunakan lagu, sajak, sya’ir atau puisi sebagai tahap awal untuk mengenal bunyi / fonik setiap huruf. "Membacakan keras-keras untuk anak sangat efektif dalam mengembangkan perbendaharaan kata, ekspresi bahasa, dan keterampilan berbahasa ekspresif maupun reseptif (Lyon, 1999).
* Ciptakan lingkungan keaksaraan: Memberi nama/label pada setiap objek yang ada di lingkungan terdekat/sekitar anak (kelas, area bermain, kebun, area rumah (ruang tamu, ruang keluarga, ruang tidur, halaman, dll).“Pengajaran langsung tentang strategi memahami bacaan ditemukan efektif, dan perkembangan membaca anak juga terbantu oleh lingkungan yang kaya literatur, praktek membaca literatur otentik, dan bahan-bahan yang sudah sangat dikenal (Moats, 1996 : Lyon, 1999).
* Gunakan gambar tanpa kata/kalimat, dengan kata/kalimat singkat, yang menjelaskan bahasa dalam gambar.
* Gunakan berbagai media yang menarik sehingga anak menjadi senang dan tertantang, dengan pilihan kata/kalimat yang bermakna.
* Hindari penggunaan media yang sama dan berulang-ulang yang menyebabkan anak bosan.
* Bedakan media masing-masing anak sesuai gaya belajarnya.
* Keterlibatan anak sepenuhnya,tidak hanya sebagai pendengar dan penghafal sementara gurunya yang melakukan.
* Ciptakan kegiatan dalam permainan (bentuk games), agar lebih mudah penyampaian proses dan anak merasa bermain bukan belajar.
Kemampuan membaca dapat diajarkan pada anak sedini mungkin, asalkan tidak menyalahi norma-norma perkembangan dan potensi anak dalam melakukan proses, sehingga apa yang ada dalam diri anak dapat berjalan dan berkembang sesuai dengan fitrah yang telah diberikan oleh Sang Pencipta. TG
Saiyadi
KaDiv. Kesiswaan Semut-Semut The Natural School
Depok Jabar
*) Tulisan ini diterbitkan pada Teachers Guide Edisi No. 09 Vol III/2009. Dapatkan hard copy di toko-toko Gramedia dan Gunung Agung sekitar Anda. Atau hubungi bagian berlangganan Hp/SMS ke 021 68458569
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar