Oktober 31, 2009

TELITI SEBELUM MEMBELI

Mengkritisi Kualitas Pelatihan

















Pelatihan Amazing Teacher di SMKN 3 Balikpapan, trainernya OK.

“……..Masa depan pendidikan Amerika ditentukan oleh sebuah kekuatan. Dan jika saja kami mempunyai kekuatan, kekuatan itu adalah program utama di sekolah kami, yaitu pelatihan guru. Guru tidak hanya cukup membaca metode-metode pembelajaran terbaru. Guru harus dilatih di dalamnya, seperti halnya actor atau penyair perlu berlatih. Setelah itu guru baru bisa mengajarkannya kepada orang lain. Guru professional adalah gelombang masa depan Amerika….. (Miriam Kronish, kepala sekolah SD John Eliot, Needham, Massachusetts, USA – sekolah terbaik di Amerika-)

Ungkapan seorang kepala sekolah di negeri Paman Sam ini mestinya menyadarkan kita bahwa Guru bukan hanya bertugas di depan kelas dan mengabarkan materi untuk diujikan saat evaluasi.

Pelatihan yang begitu banyak ditawarkan di mana-mana dan oleh siapa saja, dicermati oleh pakar pendidikan Iche Khodijah: “Kegawatan pendidikan kita ini antara lain juga disebabkan karena para trainer yang turun melatih para Guru itu tak semuanya baik dan benar. Banyak yang sekedar jualan. Ilmunya tak mempan dan tak bisa diterapkan guru di sekolah usai pelatihan," kritik Iche yang menjadi konsultan di British Council.

“Saya sudah minta perhatian Diknas untuk urusan ini. Pelatihan itu sangat penting dan menjadi makanan sehat bagi guru. Namun kalau kualitas pengajarnya minimalis, apa jadinya. Harus ada seleksi dan kesadaran dari pimpinan sekolah sebelum mengirimkan atau mengikutsertakan guru pada sebuah pelatihan,” jelas Iche Khodijah.

Memang sulit mencermati, apakah pelatihan itu berkualitas atau biasa atau justru payah. Seperti membeli kucing dalam karung. Seringkali judul pelatihan yang ditawarkan begitu menggoda: ‘Menjadi Guru Masa Depan; International Training: Teachers 21st Century; Guru Dahsyat Guru Hebat”, dan sebagainya.

“Sah-sah saja memberi judul pelatihan. Namun mestinya penyelenggara harus bertangungjawab. Ini bukan kursus masak, yang kalaupun gagal, paling-paling bantet atau jemek (terlalu cair-red). Ini pelatihan manusia dan masa depan bangsa”. Berapa kali Anda menerima selebaran berisi pelatihan yang menawarkan gimmick yang luar biasa: pelatihan berhadiah Hp misalnya. Setelah diikuti, yang hadir 2.000 orang. Panitia atau event organizernya ternyata ‘sewaan’ dari sebuah perguruan yang mengobral sertifikat. Jadilah, sebelum jam makan siang, tampak pemandangan yang mengenaskan, karena ribuan guru berdesakan mengabil box makanan takut kehabisan. Setelah itu mereka ngeloyor pulang karena sertifikat sudah dibagikan bersamaan dengan jam makan siang tadi. Duh …

Apa harus ada lembaga independen untuk memberi akreditasi pada lembaga training dan trainernya? Masih jauh dari harapan, dan bukan itu solusinya.

Kita saja yang harus jeli, mencari tahu lebih dulu informasi yang lebih akurat. Banyak juga trainer dan lembaga yang sudah terbukti bermanfaat dan memberi inspiriasi. Mari kita sharing. Kalau tidak, ungkapan Miriam Kronish di atas menjadi tak berlaku buat negara kita. TG

*) Tulisan ini diterbitkan pada Teachers Guide Edisi No. 09 Vol III/2009. Dapatkan hard copy di toko-toko Gramedia dan Gunung Agung sekitar Anda. Atau hubungi bagian berlangganan Hp/SMS ke 021 68458569

Tidak ada komentar: