Oktober 27, 2009

Lima Langkah Menjadi Unique Teacher

“Bertanggungjawablah pada kehidupan Anda dengan tidak hanya melakukan hal-hal rutin. Lakukanlah kegiatan yang belum pernah dilakukan, hidup Anda pasti berubah.” Bobbi De Porter


Apa yang terfikirkan jika Anda menjumpai murid bermuka masam waktu diminta mendengarkan penjelasan, mengobrol tak jelas, atau tak kooperatif?

Saya pribadi selalu introspeksi tiap masuk mengajar. Mengajar geografi,bagi saya bermakna ’menjual bidang studi geografi’. Sikap murid adalah cermin tingkat keberhasilan saya ‘menjual’. Kalau respon kelas acuh, artinya saya gagal. Maka tiap kali mulai masuk kelas, saya merasa tertantang, cara ‘berjualan’ apa yang lebih efektif.

Dan, begitulah saya menikmatinya. Di awal sebagai guru, saya kurang pe-de. Setelah 6 bulan, sedikit-sedikit mendapatkan rasa pede. Tentunya dengan perbaikan sana-sini, menyusun rencana pembelajaran yang menarik, cara berpakaian, berkomunikasi,sampai cara mengelola kelas. Berikut ‘saran’ saya untuk Guru pemula:

Pertama, ‘ilmu menjual’ tadi harus senantiasa diasah. Antara lain, banyak membaca referensi, mendengar pengalaman rekan Guru, dan meningkatkan kualitas diri seminar, pelatihan, aktif di MGMP).

Kedua, ciptakan aktivitas belajar semenarik mungkin, agar Anda dan siswa tidak jenuh. Misal, pembelajaran diselingi dengan:
* Permainan TTS (teka-teki silang) dengan soal dari topik yang dibahas. Yang benar mendapat hadiah (bolpoin, atau barang-barang kecil lainnya).
* Diskusi. Saat diskusi, saya memotret mereka, dan saya pajang di kelas. Ini akan meningkatkan semangat belajar siswa.
* Konsisten membagikan catatan nilai siswa. Mereka senang, karena merasa kerja kerasnya dihargai.

Ketiga, evaluasi dan jalin keakraban. Setelah liburan semester, saat masuk pertama, saya tak memberi materi. Saya siapkan daftar nilai ulangan semester dan tugas (kelas XI dan XII), lalu secara berhadapan saya evaluasi dan motivasi. Saya tanyakan bagaimana kabar mereka, liburan, dan seterusnya. Sangat menjalin kedekatan, dan mempermudah saya mengajar di semester berikutnya.

Keempat, aturan tegas. Siswa harus terlibat dalam aktivitas kelas, selama jam belajar dilarang keluar-masuk. Ada absensi khusus bagi yang malas masuk. Nilai +1 untuk yang konsisten masuk, sebaliknya -1 untuk yang hobi bolos. Konsisten, sebagai Guru jika ingin menuntut siwa disiplin, kita harus terlebih dulu mencontohkan kedisiplinan.

Kelima, jam mengajar. Di awal tahun ajaran, sebelum jadwal mengajar disusun, saya konsultasi agar jam mengajar tidak Senin dan Sabtu,agar tidak terganggu acara-acara intern sekolah.

Begitulah, siswa dan sekolah adalah laboratorium hidup yang membuat saya tumbuh dewasa dari hari ke hari tanpa saya sadari.TG

Susilo Indarti,
Guru SMA Yayasan Nabil Husein Loa-Bakung, Samarinda, Kaltim

*) Tulisan ini diterbitkan pada Teachers Guide Edisi No. 09 Vol III/2009. Dapatkan hard copy di toko-toko Gramedia dan Gunung Agung sekitar Anda. Atau hubungi bagian berlangganan Hp/SMS ke 021 68458569

Tidak ada komentar: