Mei 27, 2009
STOP BULLYING !!!
Kalau rajin mencermati siaran berita teve, banyak saji peristiwa yang membuat bulu kuduk merinding. Perkelahian antar sekolah, penganiayaan siswa oleh teman ataupun guru, kebrutalan genk pelajar. Berita seorang anak SMU di Jakarta bernama Muhammad Fadhil yang dianiaya oleh kakak-kakak kelasnya sendiri. Korban mengalami luka, tapi yang lebih perih lagi ia mengalami tekanan mental.Ternyata kekerasan masih saja mewarnai kehidupan generasi muda kita.
Istilah populer untuk tindakan brutal ini adalah ‘Bullying”. Menurut Louise Porter dalam bukunya Student Behaviour (2000), bullying adalah segala tindakan brutal yang terkadang dilakukan berulang-ulang yang bertujuan untuk mengintimidasi seseorang dengan cara menjatuhkan mental dan menyerang fisiknya.
Motif sebenarnya selain untuk memaksakan kehendak seseorang/ kelompok kepada orang/kelompok lain, juga agar kelihatan lebih ‘superior’. Si pelaku bullying akan merasa bangga dan puas bila dia berhasil mengintimidasi orang lain.
Ada dua tipe bullying, yaitu ‘verbal attack’ dan ‘physical attack’. Termasuk di dalam verbal attack adalah pemanggilan nama yang mengejek, penggunaan kata-kata menghina, menjatuhkan dan mengintimidasi; sampai penyebaran isu-isu yang tak benar. Sedangkan penyerangan terhadap fisik seseorang termasuk dalam physical attack.
Bullying atau kekerasan di sekolah harus diakhiri. Menurut kajian yang ada, banyak faktor pemicu. Bibit bullying bisa jadi dibawa siswa dari rumah. Misal, orang tua suka memaki anak, menggunakan kekerasan untuk mengendalikan anak, kebiasaan membandingkan anak satu dengan yang lain.
Contohnya Cho Seung Hui, pelaku penembakan di Universitas Virginia, Amerika (2006), ternyata menjalani masa kecil yang kelam. Ia suka diintimidasi keluarganya, teman bahkan gurunya sendiri. Sehingga dalam keadaan tertekan terus menerus, muncullah keinginan Cho ‘membalas dendam’ dengan membuat teman kampusnya mengalami peristiwa buruk seperti dirinya.
Tontonan kekerasan yang ‘disuapkan’ televisi sehari-hari juga memicu. Anak-anak suka meniru adegan kekerasan yang ‘dikemas manis’, sehingga kerap bertindak buruk terhadap teman di sekolah lantaran meniru adegan sang tokoh. Anggapan agar ‘cool’ (keren) apabila ‘dihormati’ teman, membuat siswa ikut-ikutan bullying.
Selain itu, guru di sekolah juga bisa menjadi pelaku bullying. Untuk meredam kenakalan siswa, sering guru melontarkan ancaman dan makian. Dengan dalih pendisiplinan anak, ada guru memukul siswa. Akibatnya, siswa merasa tak aman, turun semangat belajar, bahkan tertekan dan menderita masalah kejiwaan.
Nah, bagaimana mengatasi tindakan bullying di sekolah ini?
Program Anti Bulying
Perlu penangan yang serius dari lingkungan keluarga dan sekolah. Yang paling mungkin, mengeliminir tindakan bullying lewat sekolah.
Pertama, semua guru dan staff sekolah haruslah paham lebih dulu, agar tidak menjadi pelaku bullying itu sendiri. Pelatihan Program Anti Bullying harus dilakukan, agar semua guru dan staf berfikiran bahwa bullying adalah tanggung jawab semua penghuni sekolah.
Kedua, adanya penerapan aturan yang jelas dengan sanksi tegas terhadap perilaku bullying dan pelakunya, tak dapat ditolerir.
Ketiga, perlu penjelasan kepada siswa, agar mereka mengetahui secara jelas dan sanksi bila melakukan bullying. Berikan informasi melalui bimbingan konseling, pemutaran kaset CD, maupun poster gambar/
tulisan di lingkungan sekolah.
Keempat, bila terjadi tindakan/menjurus tindakan bullying, segera ditangani serius. Berikan supervisi individual. Siswa yang berpotensi bullying tentulah siswa yang bermasalah. Mereka ini dirangkul, diajari memecahkan masalah dan mengendalikan emosi. Sanksi yang tegas pun harus konsisten, agar pelaku sadar bertindak salah. Beri informasi kepada orangtua pelaku dan korban, agar tindak-lanjutnya dapat sesegera mungkin diberikan.
Kelima, bila korban mengalami tekanan yang sangat berat, kewajiban sekolah memberikan bantuan terus menerus, agar ia segera pulih sebagai pribadi utuh seperti semula. Bila perlu, berikan penanganan medis & psikologis, dan training mental untuk mengembalikan kepercayaan dirinya. Berikan perlindungan, agar korban berani melapor. Bullying sulit terungkap bila tidak ada laporan.
Sediakan sarana kegiatan olah raga, seni dan lainnya. Ini wadah untuk mengubah sifat negatif siswa menjadi energi positif yang bermanfaat. Ayo kita ciptakan sekolah menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi siswa. TG
Lilis Ummi Fa’iezah,S.Pd, MA,
Guru bahasa Inggris, mengajar di MTsN Prambanan Sleman, DI Yogyakarta
*)Tulisan ini diterbitkan pada Teachers Guide Edisi No. 8 Vol III/2009. Dapatkan hard copy di toko-toko Gramedia dan Gunung Agung sekitar Anda. Atau hubungi bagian berlangganan Hp/SMS ke 0856 8040 385.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar