September 24, 2008

teaching skill
METAKOGNITIF
Belajar Bagaimana untuk Belajar


Asep Sapa’atm S.Pd,

Praktisi dan Trainer Pendidikan
Lembaga Pengembangan Insani
Dompet Dhuafa, Parung, Bogor


Ada satu catatan menarik yang tertinggal di tulisan “Pahamkah siswa Anda? Sebuah Kajian Berdasar Understanding by Design (UbD)” (Teachers Guide V.02 Edisi 05.08, hal.46-47). Dalam fokus penjelasan mengenai 6 tampilan indikator pemahaman siswa, disebutkan oleh penulis (Najelaa Shihab), bahwa memiliki pemahaman diri yang terwujud dalam bentuk mampu memperlihatkan kesadaran metakognitif, mampu mengenali dirinya baik kebiasaan baik maupun tidak baik, mampu menyadari ketidaktahuannya sehingga terefleksi dalam proses belajar, merupakan bagian penting yang harus dilatihkan kepada siswa agar mendapatkan pemahaman bermakna.

Metakognitif, satu kata ini yang menarik perhatian sekaligus menggerakkan penulis untuk mengkaji mengenai apa itu metakognitif, mengapa metakognitif penting, dan bagaimana cara menerapkan metakognitif dalam situasi pembelajaran.

Apa itu Metakognitif?


Metacognition is an important concept in cognitive theory. It consists of two basic processes occurring simultaneously, monitoring your progress as you learn, and making changes and adapting your strategies if you perceive you are not doing so well.
(Winn, W. & Snyder, D., 1998) It's about self-reflection, self-responsibility and initiative, as well as goal setting and time management.
Metacognitive skills include taking conscious control of learning, planning and selecting strategies, monitoring the progress of learning, correcting errors, analyzing the effectiveness of learning strategies, and changing learning behaviors and strategies when necessary.
(Ridley, D.S., Schutz, P.A., Glanz, R.S. & Weinstein, C.E., 1992)

Intinya, metakognitif adalah kesadaran berpikir tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Dalam konteks pembelajaran, siswa mengetahui bagaimana untuk belajar, mengetahui kemampuan dan modalitas belajar yang dimiliki, dan mengetahui strategi belajar terbaik untuk belajar efektif.

Strategi Metakognitif untuk Kesuksesan Belajar

Untuk mendapatkan kesuksesan belajar yang luar biasa, guru harus melatih siswa untuk merancang apa yang hendak dipelajari, memantau kemajuan belajar siswa, dan menilai apa yang telah dipelajari. Ada 3 strategi metakognitif yang dapat dikembangkan untuk meraih kesuksesan belajar siswa, diantaranya:

a. Tahap proses sadar belajar, meliputi proses untuk menetapkan tujuan belajar, mempertimbangkan sumber belajar yang akan dan dapat diakses (contoh: menggunakan buku teks, mencari buku sumber di perpustakaan, mengakses internet di lab. komputer, atau belajar di tempat sunyi), menentukan bagaimana kinerja terbaik siswa akan dievaluasi, mempertimbangkan tingkat motivasi belajar, menentukan tingkat kesulitan belajar siswa.
b. Tahap merencanakan belajar, meliputi proses memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas belajar, merencanakan waktu belajar dalam bentuk jadwal serta menentukan skala prioritas dalam belajar, mengorganisasikan materi pelajaran, mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk belajar dengan menggunakan berbagai strategi belajar (outlining, mind mapping, speed reading, dan strategi belajar lainnya).
c. Tahap monitoring dan refleksi belajar, meliputi proses merefleksikan proses belajar, memantau proses belajar melalui pertanyaan dan tes diri (self-testing, seperti mengajukan pertanyaan, apakah materi ini bermakna dan bermanfaat bagi saya?, bagaimana pengetahuan pada materi ini dapat saya kuasai?, mengapa saya mudah/sukar menguasai materi ini?), menjaga konsentrasi dan motivasi tinggi dalam belajar.

Dalam praktik mengajar di kelas, guru direkomendasikan untuk memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk saling berdiskusi dan bertukar ide. Harapannya, setiap individu siswa dapat menilai kemampuan diri masing-masing, setiap siswa dapat menentukan kesuksesan belajar dengan menggunakan gaya belajar mereka sendiri, dan yang paling penting, setiap siswa dapat belajar efektif dengan memberdayakan modalitas belajar dirinya sendiri yang unik dan tak terbandingkan.

Satu lagi yang tidak boleh dilupakan, catat setiap pengalaman belajar yang siswa kerjakan. Siswa perlu dibiasakan membuat jurnal harian, yang sangat membantu menterjemahkan setiap pikiran dan sikap siswa dalam berbagai bentuk (simbol, grafik, gambar, cerita). Degan melihat kembali persepsi awal dan membandingkannya dengan keputusan yang dibuat, menjelaskan proses pemikiran tentang strategi dan cara membuat keputusan dalam kegiatan pembelajaran, maka mereka akan mengenali kelemahan dalam pilihan sikap yang diambil dan mengingat kembali kesulitan dan keberhasilan mereka dalam belajar.

Mengapa Strategi Metakognitif itu Penting?

Ketika siswa mampu merancang, memantau, dan merefleksikan proses belajar mereka secara sadar, pada hakikatnya, mereka akan menjadi lebih percaya diri dan lebih mandiri dalam belajar. Kemandirian belajar merupakan sebuah kepemilikan pribadi bagi siswa untuk meneruskan perjalanan panjang mereka dalam memenuhi kebutuhan intelektual dan menemukan dunia informasi tak terbatas. Tugas pendidik adalah menumbuhkembangkan kemampuan metakognitif seluruh siswa sebagai seorang pembelajar, tanpa kecuali.

Apa yang harus dilakukan siswa menghadapi ujian di sekolahnya? Kecemasan berlebihan yang berujung mencontek adalah masalah mendasar terkait refleksi diri, inisiatif dan tanggung jawab diri, perencanaan target diri (goal setting), dan manajemen waktu.

Apa manfaat yang bisa saya dapatkan dari kegiatan ujian sekolah? Apa tujuan saya mengikuti ujian di sekolah? Apakah hanya sekadar mengikuti ujian dan mendapatkan nilai sekadarnya pula? Ataukah, saya punya motivasi untuk mendapatkan nilai terbaik dari usaha terbaik yang dapat dilakukan? Jika jawaban mendasar telah ditemukannya, pada hakikatnya siswa sudah melakukan proses refleksi diri dan penentuan target hasil belajar mereka. Inilah langkah awal yang baik untuk meraih keberhasilan.

Ketika guru menentukan topik tertentu untuk diujikan, maka siswa bertanya pada diri mereka terkait hal-hal, ”Pengetahuan mana yang telah dan belum saya kuasai?; Mengapa saya tidak menguasai materi pada topik ini?; Bagaimana cara saya menguasai topik materi ujian yang belum dikuasai?; Soal-soal seperti apa yang mungkin akan guru saya ujikan nanti?” Dalam konteks ini, siswa sedang mengalami proses untuk mengambil inisiatif dalam menilai pemahaman mereka terhadap topik materi yang akan diujikan. Mereka berinisiatif untuk menyiapkan diri dalam upaya merealisasikan pencapaian target yang telah mereka ikrarkan.

Strategi belajar seperti apa yang harus saya pilih agar hasil ujiannya dapat sesuai harapan?; Apakah saya lebih merasa enjoy belajar dengan menggunakan teknik menghafal?; Saya merasa lebih dapat memahami materi dengan cara mind-mapping, apakah cara mind-mapping cukup tepat untuk saya gunakan pada saat ini dalam menghadapi ujian sekolah?” Pada situasi ini, siswa memilih strategi belajar terbaik mereka untuk dapat mencapai target dalam mengikuti ujian sekolah. Semakin tahu mereka akan modalitas belajar mereka, semakin paham mereka terhadap konsekuensi-konsekuensi dari pilihan strategi belajar yang mereka putuskan, maka peluang siswa untuk mendapatkan hasil ujian sesuai harapan mereka akan semakin besar untuk dapat diwujudkan.

Manajemen waktu, masalah mendasar bagi semua orang, tak terkecuali bagi seorang siswa yang akan menghadapi ujian sekolah. ”Berapa banyak waktu yang harus saya luangkan untuk mempelajari lebih dalam topik materi yang hendak diujikan?; Saya merasa lebih menikmati belajar antara jam 4 – 5 pagi, apakah ini ’jam biologis belajar’ saya?”

Strategi metakognitif menyampaikan satu pesan khusus bagi siapa pun yang ingin menjalani hidup secara efektif, bahwasanya kenyataan hidup yang terjadi pada saat ini adalah akibat dari pilihan-pilihan hidup kita di masa lampau. Hari ini kita jadi orang sukses, hari ini kita jadi orang gagal, bahkan hari ini sekalipun kita jadi orang bingung dengan kelebihan dan kekurangan diri kita, maka hal itu diakibatkan oleh lemahnya diri kita dalam merancang kehidupan kita untuk mencapai level kualitas hidup yang lebih baik.

Inspirasi utama ini sebenarnya yang perlu ditanamkan kepada siswa kita agar menjadi seorang pembelajar mandiri dan pemecah masalah kehidupan yang handal.** TG


Note: Artikel ini telah dimuat di majalah Teachers Guide Volume II Edisi No.6, 2008.

Tidak ada komentar: