Kelas lebih hidup,
siswa lebih berani bertanya,
motivasi belajar meningkat,
absensi menurun.
Bu Gaya, guru di SDN 6 Masohi, Maluku, jadi ngetop saat evaluasi PAKEM diadakan oleh Unicef/Depdiknas, di Lombok, untuk sejumlah sekolah target intervensi di wilayah Indonesia bagian Timur, belum lama ini.
Bu Gaya memang gaya. Penampilannya pede abis. Suaranya lantang terdengar meski tanpa mikrofon. Raut muka senantiasa senyum. Semangatnya menyala saat mempresentasikan perkembangan sekolahnya setelah melaksanakan PAKEM.
Evaluasi di Lombok ini sangat menyemangati para praktisi pendidikan di sekolah yang telah mendapat sentuhan pembaruan melalui program MGP-BE yang terselenggara atas donasi Uni Eropa.
Berikut kesan Bu Gaya tentang manfaat PAKEM:
Kapan mulai mengenal PAKEM?
Tahun 2007. Saat itu ada pelatihan dari LPMP Maluku. Berlanjut di tahun berikutnya, saya berkenalan dengan program MGP-BE. Banyak pengalaman mengesankan yang saya rasakan. Saya sadari, Guru kurang kreatif, utamanya dalam mempersiapkan alat peraga. Ini sering dikritik siswa.
Saat memberi contoh membaca puisi, eh… ada siswa yang jauh lebih bagus membacanya. Nah, setelah proses berjalan, terjadilah saling belajar antara siswa dan guru. Ide dan kreatifitas justru banyak datang dari siswa.
Bagaimana keadaan siswa setelah penerapan PAKEM?
Tingkat absensi siswa menurun karena siswa tidak lagi merasa takut atau segan terhadap guru. Siswa merasa senang pada pola belajar bergaya PAKEM.
Yang menyolok adalah kegiatan berkelompok, yang dapat memunculkan tutor sebaya, hingga kelas lebih hidup. Motivasi belajar siswa belajar di kelas maupun di luar kelas meningkat karena adanya persaingan (kompetisi- red). Mereka ingin menjadi yang tercepat dan terbaik. Kemampuan berkomunikasi, menyampaikan pendapat, mengajukan pertanyaan, juga semakin terarah.
Harapan ke depan?
Program Unicef perlu terus dilanjutkan. Dan yang terpenting, ada pelatihan khusus bagi Guru untuk mendesain alat peraga sederhana, murah, dan tepat guna. Perlu studi banding ke sekolah yang maju penerapan PAKEM-nya.
Bu Gaya tampak makin semangat manakala mendengar kelakar para peserta evaluasi: “Bu Gaya memang gaya. Coba semua Guru seperti Bu Gaya. Maju pendidikan kita!’ komentar seorang Bapak dengan logat khas Maluku. Bu Gaya tersenyum sumringah. TG
*) Tulisan ini diterbitkan pada Teachers Guide Edisi No. 09 Vol III/2009. Dapatkan hard copy di toko-toko Gramedia dan Gunung Agung sekitar Anda. Atau hubungi bagian berlangganan Hp/SMS ke 021 68458569
Tidak ada komentar:
Posting Komentar