November 09, 2009

MGP BE : KUANTAN SINGINGI Meretas PAKEM dari Pedalaman












Usia Kabupaten Kuantan Singingi baru sepuluh tahun, sejak mekar dan terpisah dari kabupaten induknya, Indragiri Hilir. Ada 12 kecamatan ditinggali 320 ribu penduduk, dengan didukung sekitar 500 sekolah (237 SD/MI, 136 TK/RA, 38 SMA/SMK/MA).


Sebuah kabupaten baru di pinggiran propinsi Riau, sekitar 3 jam berkendara dari Pekanbaru menuju ibukota kabupaten di Teluk Kuantan. Areal kabupaten ini didominasi lahan luas kebun sawit, karet, tanaman kayu untuk pulp (akasia dan eucalyptus), yang buminya terus tergerus oleh pembalakan dan perluasan lahan kebun agro-industri, dengan masyarakat Kuantan Singigi sebagai penonton dan pekerja kebun.

Sekolah adalah satu-satunya harapan untuk mengubah kualitas manusia di Kuantan Singingi. Sayangnya, di kebanyakan sekolah, proses belajar mengajar menjenuhkan bagi anak. Anak malas belajar, selepas SD/MI atau SMP/MTs ingin cepat menikah, dan kerap terjadi kekerasan guru terhadap siswa di sekolah.

Bapak Alwis MSi., Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kuantan Singingi, mengupayakan peningkatan mutu pendidikan. “MBS, PAKEM, dan PSM bagi solusi persoalan pendidikan di Kuantan Singigi, yang akan mengubah dua hal secara drastis. Pertama, pemerataan pendidikan atau education for all. Dengan PAKEM, kejenuhan dan rasa malas akan berkurang, tergantikan dengan ketertarikan, gembira riang kreatif. Kalau orangtua menyuruh anak berhenti sekolah, anak akan protes. Sekolah menjadi tempat belajar, bermain, dan bergaul.

Kedua, peningkatan mutu. Anak lebih giat belajar, lebih memahami pelajaran, dan lebih efektif menggunakan waktu belajar baik di sekolah maupun di rumah. Dalam waktu 2,5 tahun peningkatan mutu pendidikan itu telah tampak. Dari posisi nomer buncit kini menggeser pencapaian kabupaten lain seperti Indragiri Hilir, Rokan Hilir, dan Rokan Hulu, juga Kampar dan Siak. Diikuti dengan memenangkan posisi ke-2 untuk lomba Pengawas, Kepala Sekolah, dan Guru Berprestasi, selangkah di bawah kota Pekanbaru.

Mutu dan penampilan para Kepala Sekolah dan Pengawas sekolah pun ikut meningkat. Pada perayaan HUT RI ke 64 pada 17 Agustus 2009 ini, menang sebagai Guru Berprestasi ke Istana Negara. Mardisal, pengawas dan Erlim SPd., guru SDN 022 Rantau Sialang, Kec. Kuantan Mudik.
Prestasi lainnya, ada Ernawati Baidar, Kepala Sekolah SDN 006 Pulau Binjai Kec. Kuantan Mudik sebagai kepala sekolah berprestasi ke-2 di tingkat propinsi Riau. Sekolahnya terpencil dekat perbatasan Sumatera Barat. Juga ada Banjirman SPd, Kepala Sekolah SMP 3, juga di Kec. Kuantan Mudik.

Menurut Pak Alwis, dengan bermain dan belajar, anak terasah dalam tiga keahlian, yaitu logika, komunikasi, dan ketrampilan. Ini berbeda dengan capaian pada sekolah klasikal, di mana semua terpusat pada guru, anak-anak diajak menghapal. Sekarang, anak diajari mengenal, memahami konsep, dan menganalisa masalah. “Target kami, dengan penerapan PAKEM, MBS, dan PSM ini, anak memiliki kemandirian, rasa percaya diri, dan berkembang sesuai bakat dan kemampuannya.”

Lulusan SMP terbaik akan diterima di sekolah SMA PINTAR, sekolah gratis dan berasrama kota kabupaten Teluk Kuantan. Pemkab mengalokasikan dana sekitar Rp. 5 miliar pertahun untuk sekolah ini. Tiap kecamatan dapat mengirim 5 anak, atau 180 anak terpintar dapat ditampung di SMA PINTAR setiap tahun.

Saat ini sekolah yang terinspirasi dengan SMA TARUNA NUSANTARA sudah berjalan tahun ke dua. Lulusan SMA PINTAR, jika masuk ke perguruan tinggi terbaik seperti UI, ITB, UGM, IPB maupun di luar negeri, akan dibiayai dengan ikatan dinas agar selepas tamat mengabdi di Riau. Siswa SMA PINTAR pun telah mencatat prestasi karya ilmiah di tingkat provinsi dan ajang Olimpiade tingkat nasional.

Peningkatan pendidikan ini sesuai visi misi Kabupaten Kuantan Singingi untuk menciptakan generasi muda yang mampu mengolah produksi pertanian sawit dan karet yang ada di sini. Selepas sarjana (dibiayai dengan ikatan dinas), mereka akan menjadi penggerak pertumbuhan produksi industri pengolahan karet dan sawit menjadi produk-produk bernilai tinggi.

Menurut Pak Alwis, kuncinya adalah pada pembenahan pendidikan di tingkat dasar menengah. Untuk itu, Dinas Pendidikan Kab. Kuantan Singingi mensyaratkan para kepala sekolah menandatangani PAKTA INTEGRITAS. Yang melanggar, menerima sanksi penurunan jabatan ataupun pemberhentian.

Yang berprestasi diberi penghargaan, dan diberikan tambahan dana kesejahteraan guru berkisar Rp. 500 ribu hingga Rp. 1,5 juta tergantung tingkatan. Guru mengaji pun mendapat dana kesejahteraan Rp. 500 ribu/bulan. Sebaliknya, yang payah diberi sanksi mutasi atau penurunan jabatan,” tambah Alwis.

Melihat kerja keras terintegrasi di jajaran dinas pendidikan Kabupaten Kuantan Singingi, harapan akan perkembangan mutu pendidikan dan sumberdaya manusia di Riau dapat terwujud.

“Dari monitoring kami, perkembangan program MGP-BE di wilayah Barat menunjukkan perkembangan yang baik. Khususnya Kabupaten Kuantan Singingi – Provinsi Riau, menunjukkan diseminasi atau penyebaran program berjalan lebih cepat dari yang kami perkiraan,” jelas Feiny Sentosa, officer pendidikan UNICEF yang terlibat dalam program ini. TG

*) Tulisan ini diterbitkan pada Teachers Guide Edisi No. 09 Vol III/2009. Dapatkan hard copy di toko-toko Gramedia dan Gunung Agung sekitar Anda. Atau hubungi bagian berlangganan Hp/SMS ke 021 68458569

Tidak ada komentar: