November 10, 2009

MGPBE: Agar Pakem, Gunakan PAKEM
















Sebagai kepala sekolah, Banjirman SPd (kanan, berbaju biru), merasakan bahwa program pembelajaran PAKEM, MBS, dan PSM merupakan resep ampuh untuk memperbaiki mutu pembelajaran sekaligus mutu sekolah. “Program ini mudah diterapkan, dapat dilakukan di mana saja, dan meningkatkan prestasi belajar.”

Sejak mempelajari PAKEM, MBS, dan PSM dan menerapkannya pada tahun 2007, Kepala Sekolah SMP 3 Kuantan Mudik, Kecamatan Kuantan Singingi, Provinsi Riau ini, berhasil mengubah sekolah menjadi maju. Di tahun 2008, ia meraih penghargaan sebagai Kepala Sekolah SMP Berprestasi juara II tingkat se-kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Padahal, sekolahnya bukanlah sekolah binaan program MGP-BE. Karena penguasaannya akan program pembelajaran ini, instruktur matematika ini pun sebelumnya dipercaya sebagai fasilitator daerah, yang mentraining rekan-rekan guru lainnya untuk memahami PAKEM, MBS, dan PSM.

Di waktu lalu, saat PAKEM diperkenalkan di tingkat SMP, banyak ketidakberhasilan. Saat itu pengenalan PAKEM seolah terpisahkan dengan pengenalan manajemen sekolah MBS), dan peran serta masyarakat PSM). Kenyataannya PAKEM akan lebih mudah berhasil bila didukung MBS dan PSM. Kini pengenalan untuk tingkat SD dan SMP dilakukan sekaligus.




















“Dengan PAKEM tugas guru menjadi mudah. Guru menjadi fasilitator, anak yang berbuat dan menemukan sendiri. Tidak lagi terpaku pada sumber belajar dari buku panduan, akan lebih mudah karena dapat memanfaatkan alam sekitar sekolah sebagai sumber belajar,“ tambahnya.

“Guru senior pun -yang selama ini selalu disangka enggan mencoba sesuatu yang baru- justru akan lebih termudahkan dengan PAKEM. Awalnya memang masih kikuk dan membuat kesalahan. Tapi seterusnya mudah, apalagi kalau sudah mampu mendesain RPP. Jika selama ini guru terpaku pada buku panduan sebagai sumber belajar, maka kini akan lebih mudah karena alam lingkungan sekitar sekolah bisa menjadi sumber belajar.”

“Sekolah menjadi transparan dan akuntabel, sebagai kunci mendapat kepercayaan masyarakat dan dunia usaha/industri. Saat semua pihak mendukung sekolah, segala kekurangan infrastruktur dan kegiatan belajar mengajar mendapat dukungan dari orangtua dan komite sekolah serta masyarakat dunia usaha di sekitarnya. Sekolah tak lagi terkendala oleh anggaran biaya operasional (BOP dan BOS) yang kurang memadai.”

SMP 3 Kuantan Mudik mendapat bantuan Rp. 500 ribu per bulan sumbangan dari dunia usaha. Dana ini digunakan untuk mendukung kegiatan ekskul dan pelatihan guru dalam MGMP. “Dengan simpati masyarakat ini, muncullah ide-ide dan gotong royong untuk kemajuan sekolah. Intinya, tidak mungkin sekolah melakukan sendiri perubahan, sekolah butuh dukungan masyarakat untuk meningkatkan kualitasnya,” jelas Banjirman SPd, yang kesehariannya juga aktif dalam kemasyarakat dan kewirausahaan sosial sebagai sekretaris desa, dakwah, aktifis kepemudaan dan ormas keagamaan. (untuk bertukar pengalaman, Banjirman SPd. bersedia dihubungi di 0812768 7364. TG

*) Tulisan ini diterbitkan pada Teachers Guide Edisi No. 09 Vol III/2009. Dapatkan hard copy di toko-toko Gramedia dan Gunung Agung sekitar Anda. Atau hubungi bagian berlangganan Hp/SMS ke 021 68458569

Tidak ada komentar: