April 29, 2009

Guru, Menulislah di Media!

Ketika pena lebih tajam dari sebilah pedang
“Menulis? Wah .. saya nggak bakat tuh. Mendingan berhadapan dengan anak-anak di kelas. Duh, kalau suruh nulis saya mah nggak punya ide, mesti semedi dulu cari wangsit. Malu ah, tulisan saya belum layak baca. Niat sih ada, tapi nggak tau mau mulai dari mana? “ … Kalimat ini biasa kita dengar saat perbincangan tentang kebiasaan dan kebisaan menulis dilontarkan.
Apakah semua orang bisa menulis?
Aktivitas ini sesungguhnya sudah menjadi bagian kehidupan kita sejak bangku TK . Menulis tidak ada hubungannya dengan bakat, melainkan potensi.

Tulisan merupakan salah satu media komunikasi massa. Agar berlangsung mulus, penulis harus melakukan perencanaan, perumusan dan penyusunan tulisan. Mulailah dengan Menemukan Ide! Ide adalah awal peradaban. Rekayasa sekecil apapun bermula dari ide.

Sumber ide bisa berasal dari:
1. Fenomena yang tampak.
Ketika mengajar, diskusi, praktikum, terima SK, ikut training, field trip, kenaikan gaji, semua dapat Anda hubungkan dengan fenomena keseharian

2. Pendengaran.
Ketika bercakap, mendengar keluhan ortu, menyimak trainer bicara, dengarkan secara jeli. Pasti mengandung makna tertentu. Menurut pecinta seni, semua jenis suara mengandung arti. Selanjutnya tergantung sejauh mana kita membuka telinga dan dijadikan inspirasi tulisan.

3. Bacaan.
Budaya membaca melahirkan perdebatan secara produktif (ini yang dilakukan teman-teman di De Brito). Sebuah tanggapan bisa menambah ilmu, membuka peluang ide baru. Saling sanggah antar penulis tentang sebuah tulisan adalah bukti kemajuan.

4. Hasil Diskusi.
Cara pandang yang berbeda dan referensi yang lebih berbobot bisa memperkaya tulisan.

5. Pengalaman Hidup , baik diri kita sendiri maupun pengalaman orang lain.

Kategori Tulisan

1. Kolom (esai)
Hampir setiap media massa memilki rubrik ini. Tulisan kolom biasanya merupakan catatn refleksi seorang tokoh tentang hidup sehari-hari dengan tema penting. Pengemasannya dengan bahasa ringan, komunikatif dan kesederhanaan analisis. Disebut juga sebagai tulisanlepas, karena tidak terikat headline (untuk media harian) dan tema/tajuk (untuk media mingguan atau majalah). Tulisan mengalir dengan pengemasan bahasa sederhana
2. Opini (artikel populer)
Memilki karakter subjektif karena didominasi subjektifitas penulis dan persuasif, karena usaha meyakinkan pembaca dengan ketajaman analisa dan argumentasi. Kelemahan opini adalah akurasi data. Kelebihannya adalah pada keterkaitan persoalan.

3. Artikel
Akurasi data lebih kuat, karena tulisan lebih ilmiah. Artikel adalah jenis tulisan yang mempersempit sudut pandang, data yang digunakan juga harus bisa dipertanggungjawabkan.

4. Resensi
Sesungguhnya ini adalah kritik buku. Sering juga merupakan komentar dan pertimbangan tentang sebuah buku. Kritik buku bisa secara ektrinsik, yakni dari jenis font (tipe huruf), judul, jenis kertas, ukuran, cover. Sedangkan dari sisi intrinsik meliputi tema pokok, sistematika berfikir, relevansi gagasan dihubungkan dengan konteks jama, dan sebagainya.

5. Berita (news)
Tulisan ini berupa fakta, yang kerap didekati dengan bantuan prinsip 5W 1H. Tulisan berbentuk news umunya adalah tanggungjwab redaksi media yang bersangkutan, sehingga penulis luar tidak bisa berpartisipasi

Banyak hal yang perlu diketahui dan dipelajari bagi Guru untuk menjadi penulis. Namun sindiran yang mengatakan bahwa ‘sangat lucu jika seorang pendidikan menyuruh muridnya menulis, mengarang, sementara dirinya tidak mampu melakukannya”. Tersinggung ndak?....

Membaca karakter media juga perlu dicermati, agar tulisan Anda cocok dengan karakter media, agar faktor tertolak bisa diminimalkan. Contoh, jika Anda menulis tema keIslaman yang radikal, maka jangan harap akan dimuat di harian Kompas. Atau jika tulisan Anda bernada Islam Liberal lalu Anda kirim ke majalah Sabili, pasti akan tertolak. Visi misi media harus Anda pelajari.

Banyak pakar memberi nasehat, janganlah motivasi awal menulis itu untuk mendapat honor, melainkan untuk sebuah agenda perubahan sosial ke depan. Kalau sebagai penulis pemula motivasinya uang, jadinya malahan tak konsisten menulis. Penulis yang memilki idealismen, ketika tulisannya tertolak, maka tak akan menyurutkan pena mengayun.

Kirim tulisan Anda ke alamat Media (email) berikut:
1. Harian KOMPAS opini@kompas.com/opini@kompas.co.id
2. Koran Tempo koran@tempo.co.id
3. Harian Jawa Pos editor@jawapos.co.id/editor@jawapos.com
4. Harian Republika sekretariat@republika.co.id
5. Harian Suara Pembaruan koransp@suarapembaruan.com
6. Harian Suara Merdeka redaksi@suaramer.famili.com
7. Harian Pikiran Rakyat redaksi@pikiran-rakyat.com
8. Harian Suara Karya redaksi@suarakarya-online.com
9. Harian Sinar Harapan opinish@sinarharapan.co.id
10. Harian Media Indonesia opini@mediaindonesia.co.id
11. Majalah Tempo hari@mail.tempo.co.id
12.Harian Seputar Indonesia redaksi@seputar-indonesia.com
13. Harian Kedaulatan Rakyat redaksi@kr.co.id
14. Media Elektronik http://www.sekolahindonesia.com/
15. Majalah Hidayatullah editor@hidayatullah.com
16. Majalah TEACHERS GUIDE majalahteachersguide@yahoo.co.id

Menjadi penulis itu karena proses yang kontinyu, bukan bawaan.
Menulislah untuk mengusung agenda transformasi sosial, mengubah dunia melalui kata-kata. TG

Referensi: Mu’arif, Pemintal Kata, bukulaela 2007, dan Roni Tabrani, Proses Kreatif Menulis di Media Masa, Nuansa 2007.

*) Tulisan ini diterbitkan pada Teachers Guide Edisi No. 8 Vol III/2009. Dapatkan hard copy di toko-toko Gramedia dan Gunung Agung sekitar Anda. Atau hubungi bagian berlangganan Hp/SMS ke 0856 8040 385

Tidak ada komentar: