Oktober 23, 2010

(1) Tepatkah Saya Mendirikan SD?

Konsultasi


Pertanyaan:

Saya bermaksud mendirikan sekolah dasar. Saat ini saya sudah memiliki sekolah TK yang berjalan baik. Banyak SD baru bermunculan, kebanyakan SD swasta. Ada yang berbasis keagamaan, franchise, dsb. Saya butuh saran, sekolah SD seperti apa yang sebaiknya didirikan? Meneruskan pembelajaran TK , ataukan mengikuti trend seperti boarding school, sekolah terpadu. Ataukah saya mencari differensiasi yang berbeda dengan sekolah TK, atau malahan ekstrim berbeda dengan sekolah-sekolah yang sudah ada sekarang ini?

Jawaban:

Berbicara tentang sekolah, sangat bergantung pada konsep. Kalau sekolah PG dan TK itu konsepnya bagus, pasti pasar bereaksi meminta Anda membuat sekolah SD sebagai terusannya. . Berdasar kebutuhan pasar, masyarakat akan melihat konsep sekolah yang dianggap sudah bagus.

Konsep ini mengakomodir perkembangan kebutuhan orangtua akan pendidikan anaknya, yang kebanyakan berada tak jauh di sekitar sekolah tersebut. Hati-hati, belum tentu sekolah bagus dengan konsep bagus, bisa berkembang di tempat yang tidak pas semisal di desa. Jadi, pertama adalah konsep.

Setelah konsep OK, baru mempertimbangkan apakah akan meneruskan konsep TK yang sudah berjalan, atau membuat konsep SD yang baru yang betul-betul mengakomodir kebutuhan orangtua akan pendidikan –ini bukan konsep dadakan, musiman, atau sekedar mengikuti trend, lho!.

Kedua, setelah konsep diputuskan, barulah bicara kurikulum seperti apa, output lulusannya seperti apa, dan guru seperti apa yang diperlukan, serta fasilitas sekolahnya.

Kelemahan kita adalah sulit menuangkan konsep/ide. Apalagi menjabarkan konsep menjadi sistem. Seorang yang feelingnya kuat pada pendidikan, tahu bahwa ruang kelas yang ini misalnya, tidak pas untuk pendidikan, tapi dia tak bisa menuangkannya.

Kapan kita siap mengelola SD? Kalau belum muncul letupan dari para orangtua dari sekolah PG-TK yang Anda kelola, berarti mereka belum paham betul tentang konsep yang diberikan. Atau, Anda harus memperbaiki lebih dulu konsep TK itu sehingga menjadi sebuah letupan yang menarik untuk mendorong gagasan pembentukan SD.

Kalau sudah 50% orangtua banyak bicara bagaimana nanti ke SD, berarti orangtua sudah suka dengan konsep kita. Tinggal kita ubah sesuai kebutuhan mereka di tingkat SD. Akan kelihatan orangtua yang betul-betul mengharap dibangun SD, sebab merasa nyaman dan terpenuhi kebutuhannya, sehingga tak mungkin menyekolahkan anaknya di sekolah lain.
Hati-hati, sering terjadi, walaupun merasa sekolah sudah mengelola siswa dengan baik, toh masih ada orangtua yang memindahkan anaknya. Indikasinya, orangtua tidak ada respon, atau memindahkan anaknya. Berarti sekolah belum mampu mengakomodir orangtua. Mungkin ada pelayanan yang kurang baik, atau konsep kita yang kurang bagus. Di sini kita perlu belajar mengelola kebutuhan orang tua.

Sebagai pengelola PG dan TK, tentu Anda mungkin merasa belum punya pengalaman mengelola SD. Sering timbul pertanyaan, apa perlu membajak guru dari sekolah SD bagus untuk menjadi kepala sekolah SD baru itu. Atau kalau mau cepat, Anda terpikir untuk mengambil franchise dari sekolah yang sistemnya sudah maju.

Menurut saya, menyiapkan SD itu tergantung pada visi misi Anda sendiri. Kalau memiliki visi-misi sendiri, sebaiknya tidak memilih franchise atau mengambil merek yang sudah jadi, karena akan berbenturan dengan visi-misi dalam franchise itu. Kalau ingin membangun karakter sekolah, apakah output nya sama dengan franchise, itu sih tidak masalah. Kalau berbeda, ya tidak perlu franchise, dipaksakan akan babak belur.

Kalau ingin membangun sekolah, menurut saya lebih bagus tumbuh dari bawah. Kalau kita mau mempersiapkan sebuah sekolah, kita harus belajar. Misal, kita rencanakan dua tahun ke depan kita ingin membangun SD, tidak bisa langsung. Dari sekarang ini kita banyak belajar, berdiskusi, melakukan kunjungan studi banding, membuat konsep, ini lebih baik ketimbang mempercayakan pada orang lain.

Boleh saja ada kepala sekolah SD yang mampu menjalankan, tapi belum tentu konsep dan gaya kepala sekolah yang baru, sesuai dengan konsep Anda, karena dia sudah menjalankan konsep yang lain di sekolah sebelumnya. Dampaknya nanti terlihat pada anak dan Guru.

Kalau Anda yang menjalankan sendiri terus dari bawah, ’tik-tak’ nya akan ketahuan. Memang membutuhkan waktu relatif panjang, tapi sekolah akan lebih langgeng

Perbedaan solusi antara sekoalh induk dan sekolah franchise juga tak mudah. Tak selalu sama bisa diterapkan. Sebaliknya, mungkin di sekolah iunduk tak ditemukan masalah seperti di sekolah cabang. Sementara masyarakat menuntut sama dengan sekolah lain dalam franchise itu.

Sebagai contoh, McDonald, ketika ingin dibuka di Indonesia membuat menu nasi. Di asalnya tidak ada menu nasi. Maka, harus membuat SOP nasi. Ini membutuhkan waktu lama juga. Beruntung mereka kuat dan mampu.

Kalau kita tumbuh dari bawah, kita yang membuat sistem, pola dan aturan main, kita akan mampu mengikuti apa yang nanti terjadi, dan mampu menyelesaikan masalah. Misal, kini berkembang bahwa pembelajaran yang bagus adalah berbasis pada multi talenta atau multiple intelligence. Nah, tidak ada masalah, kita dapat menyesuaikan diri.

Tak dapat dipungkiri, begitu banyak sekolah dasar yang mengelilingi lokasi Anda, dengan beragam metoda pembelajaran. Kita lihat dulu kondisi yang ada. Kita harus berfikir kreatif, yang ingin ’membeli’ sekolah itu masyarakat kalangan yang mana.

Kita lihat dulu kemampuan pasar. Sekolah itu kan harus didukung oleh sekian banyak murid, tidak bisa sedikit sepuluh atau dua puluh. Apakah pertumbuhan anak semakin menurun di lingkungan keluarga tua, atau sebaliknya banyak keluarga muda dengan semakin banyak anak yang tumbuh?

Janganlah emosional membangun sekolah, lantaran alasan memiliki finansial lebih sehingga ingin masuk ke usaha pendidikan, atau menitip uang ke pengelola sekolah, dengan kurikulum sembarangan.

Coba lihat, banyak sekolah lama yang besar, bangkrut. Ternyata, sekolah lama yang bangkrut itu masih menggunakan metoda lama dalam memimpin pengelolaan pendidikannya. Sekolah lama yang merasa bagus, masih mempertahankan konsep lama dan tak bergeming. Masalah ini pun terjadi hingga perguruan tinggi. Banyak sekolah swasta ternama, kini tak tentu rimbanya.

Sebaliknya, ada beberapa sekolah kecil di berbagai kota yang tumbuh. Kenapa? Sekolah baru kecil itu ternyata memiliki konsep yang baru, yang memahami, tumbuh dan berkembang. Banyak sekolah kecil atau lembaga kursus tumbuh menjadi lembaga pendidikan yang bagus dan besar.

Motif yang baik, adalah kebutuhan pasar, visi misi harus disampaikan kepada orang banyak. Saat sebuah sekolah baru muncul, beberapa pendapat mengatakan oh.. saya juga mampu membuat sekolah seperti itu. Perhatikan!, setiap sekolah baru yang muncul, pasti berharap lebih unggul atau berkualitas dari sekolah yang sudah ada. Dia sudah belajar konsep-konsep yang ada saat ini sedang berkembang. Boleh jadi, sekolah baru Anda akan diungguli oleh sekolah yang akan muncul sesudahnya.

Jasa konsultan boleh dijadikan pertimbangan. Sukses di jenjang TK, mungkin karena konsep bagus dan peluang momentum yang pas. Tapi saat masuk ke SD atau jenjang lebih tinggi, belum tentu, karena situasi sudah berubah. Konsultan membuat kacamata perspektif Anda lebih luas.TG

Tulisan ini diterbitkan dalam Majalah Teachers Guide edisi No. 10/Tahun ke IV/ 2010. Dapatkan di counter Gramedia/Gunung Agung, atau di komunitas-komunitas guru. Kehabisan? Hubungi Sirkulasi di 0812 824 22801, atau di Fleksi (021) 684 58569. Terima kasih.

Tidak ada komentar: