Oktober 24, 2010

Ketika PAKEM masuk Kampus


Foto: Para dosen UN Gorontalo antusias mencoba pendekatan PAKEM,MBS,dan PSM.

Roda PAKEM berputar dengan kencang di Kabupaten Gorontalo. Menurut Hamzah Yunus, fasilitator daerah dari Universitas Negeri Gorontalo, selama MGPBE berjalan dua tahun telah terjadi perubahan signifikan dalam persepsi kalangan dunia pendidikan.

Metodologi PAKEM-MBS-PSM pada sekolah pinggiran di dua kecamatan yaitu Telangohula, dan Tibawa, telah nyata meningkatkan prestasi siswa. Pada sisi mutu pembelajaran, sekolah intervensi memperlihatkan kemajuan membanggakan. Untuk tingkat SD dan SMP, prestasi pelajaran yang diujikan UN meningkat tajam. Meski ada di pelosok, prestasinya menyamai sekolah-sekolah di kota kabupaten Limboto yang mengusung nama SSN, SBI, atau RSBI.

Keberadaan sekolah yang menerapkan PAKEM, MBS, dan PSM ini, ternyata juga mencuri hati para guru. Mulanya guru perlu penyesuaian dengan cara PAKEM. Ketika sudah terbiasa, ketagihan PAKEM!

Guru senang mendapat pelatihan pembelajaran PAKEM. Kompetensi pun berkembang. Dengan sejajarnya kualitas, tak ada lagi perbedaan guru terpencil, guru sekolah intervensi, dan guru kota, sehingga teratasi soal pemerataan kualitas guru (yang berkualitas cenderung ingin mengajar di kota). MGPBE menjawab sekaligus masalah pemerataan kualitas guru.


Foto: Hamzah Yunus

PAKEM juga membuat tren perubahan pada strategi dan cara belajar mengajar. Ini disadari oleh para pengelola kampus kependidikan, agar output calon guru sesuai perkembangan pendidikan. “PAKEM harus masuk kampus. Kalau tidak, lulusan kami sulit memenuhi kebutuhan masyarakat dan mungkin tak mampu bersaing mengisi kebutuhan guru Gorontalo,” tambah Hamzah Yunus, yang aktif sebagai konsultan pendidikan.

Hal ini cukup disadari oleh para akademika di Universitas Negeri Gorontalo. Seiring program pelatihan ToT untuk 42 orang dosen UNG, tim training MGPBE juga diundang berbicara menyampaikan ide-ide besar PAKEM, MBS, dan PSM. Sekitar 400 mahasiswa UNG antusias menyimak pembelajaran ini.

“Dengan adanya PAKEM, maka aplikasi pembelajaran telah berbeda dengan kurikulum pendidikan guru di kampus. Kami ingin memproduksi guru yang dibutuhkan oleh sekolah-sekolah masa kini. Kami akan mengusulkan Rektor UNG mengadopsi dan menysosialisasikan PAKEM , termasuk merevisi kurikulum, silabus pembelajaran, dan RPP, di berbagai bidang studi secara terintegrasi,” jelas Hamzah Yunus.

Hal senada ditegaskan Asni Ilham S.Pd, M.Si, Ketua Prodi S1 PGSD, Universitas Negeri Gorontalo. “Selepas pelatihan ini, kami ingin membuat perubahan kurikulum, strategi pembelajaran dan modul-modul pembelajaran yang baru bagi mahasiswa PGSD dan diploma UNG,” jelas Asni Ilham. Beberapa mata kuliah akan diperbaiki, dan ada yang ditambah, yang akan diusulkan dalam Lokakarya Kurikulum di UNG pada Januari 2010.

Foto: Asni Ilham SPd, MSi.

Bukan tidak mungkin, di tingkat nasional Universitas Negeri Gorontalo menjadi pioner dalam pengembangan PAKEM di tingkat kampus kependidikan, yang melahirkan guru yang mampu mengajarkan kecerdasan akademik plus soft skill.TG

Tulisan ini diterbitkan dalam Majalah Teachers Guide edisi No. 10/Tahun ke IV/ 2010. Dapatkan di counter Gramedia/Gunung Agung, atau di komunitas-komunitas guru. Kehabisan? Hubungi Sirkulasi di 0812 824 22801, atau di Fleksi (021) 684 58569. Terima kasih.

Tidak ada komentar: