Oktober 29, 2010

Pembelajaran Kontekstual, Pembelajaran (yang) Sebenarnya

Lesson


Pembelajaran Kontekstual (contextual teaching & learning) seharusnya benar-benar menjadi falsafah bagi para Guru. Bagaimana agar materi budi pekerti dan matematika kontekstual? Seperti apa metoda pembelajaran kontekstual dapat masuk (terintegrasi) dalam semua materi pembelajaran, seperti matematika, sosial, agama, seni, atau olahraga?

Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan konsep dengan kehidupan nyata, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuannya dan penerapan sehari-hari.

Guru terkadang berpikir instan, mengenalkan rumus tanpa dikaitkan dengan konteks sehari-hari. Cara instan ini ‘menyebalkan’, membuat pusing dan bingung saat harus menemukan strategi dan solusi pemecahan masalah. Lupa harus menggunakan rumus yang mana.

PINTAR MATEMATIKA & SOPAN SANTUN
Materi character building (budi pekerti) kini hangat diangkat kembali untuk melihat perkembangan paradigma pendidikan. Dulu, konten budi pekerti bermuara pada pelajaran Pendidikan Moral Pancasila. Kini, disatukan dengan materi studi sosial/ilsos (ilmu sosial) yang di dalamnya terdapat Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Dipisah atau diintegrasikan akan tetap bermakna jika diaplikasikan dengan metode dan strategi yang efektif dan menantang.

Keteladanan adalah pilar yang utama di samping pembelajaran dan pembiasaan. Melalui studi kasus, games, nonton film, ditemukan strategi pembelajaran yang menarik. Keteladanan menggunakan magic words seperti terima kasih, permisi, maaf, dan perlu bantuan - dapat menjadi contoh bagi siswa jika Guru konsisten menerapkannya.

Pada suatu kesempatan pelatihan Guru (yang diadakan di Semut-Semut the Natural School), diberikan beberapa contoh permainan, yang sarat dengan pembelajaran budi pekerti.

1.Permainan menemukan alas kaki/sepatu:

Media: kertas bekas dipotong kecil, alat tulis, wadah (tempat)

Cara Kerja:
Guru diminta memperhatikan alas kaki atau sepatu yang dikenakan rekan sejawat. Tuliskan nama masing-masing di secarik kerta, kumpulkan dalam satu wadah. Setelah itu wadah berisi nama-nama Guru itu diedarkan kembali. Tiap Guru mengambil kertas bertuliskan nama orang lain. Dalam hitungan tertentu Guru sudah kembali ke ruangan dengan membawa sepatu sesuai nama yang tercantum. Instruksinya: “Kembalikan sepatu milik teman!”

Beragam ekspresi tampak. Ada yang memberikan dengan hanya berkata “Nih punya mu! sambil dilempar); Ini betul kan sepatumu? Eh… salah ya, ahh… kucari lagi ya!” Sedang si penerima mengatakan: “ Ya ya… ini sepatu baruku; Haa..haa.ha.., enak juga ada yang ngambilin sepatu gua!” …

Guru belum sadar, bahwa instruksi ini sesungguhnya akan melihat sejauh mana cara memberi dan menerima barang dari orang lain.

Kasih sayang dan kesantunan diusung. Saat memberikan dan menerima alas kaki, pemberi dan penerima seharusnya menerapkan magic word: tolong, permisi, maaf, terima kasih. Pesan moral dari permainan ini adalah menunjukkan arti kepedulian terhadap orang lain, kompak, dan menghargai perbedaan.

2.Permainan membentuk kelompok dengan kriteria ukuran (sepatu, baju, umur, berat)

Guru diminta berkelompok @ 5 orang dengan kriteria ukuran tertentu, misalnya ukuran sepatu yang sama, baju, tahun kelahiran, dan lain-lain. Setelah terbentuk, kelompok lain diminta menebak kriteria yang digunakan kelompok lain.
Kegiatan ini membantu memupuk nilai kerjasama, persamaan dalam perbedaan, silaturrahim melalui komunikasi, dan kasih sayang.

3.Permainan saling bertelepon antar teman dalam satu kelompok
Masih dalam kelompok, guru diminta menelpon teman. Kegiatan ini diarahkan pada pembelajaran sikap menghargai pada orang lain, yakni saat fasilitator sedang berbicara, hendaknya tidak mengaktifkan telepon seluler. Cara bicara mengajarkan berkomunikasi dengan santun.

4.Permainan kucing dan tikus
Media: tali plastik dibentuk lingkaran berukuran besar dan kecil
Cara: Ingat cara bermain kucing dan tikus? Biasanya kucing menangkap tikus dengan berlari secepat mungkin. Kucing di luar lingkaran berusaha menerobos ke dalam lingkaran menangkap tikus.

Tapi permainan kali ini berbeda. Tali berukuran besar diumpamakan kucing, dan tali lebih kecil sebagai tikus. Instruktur memberi tali berukuran kecil. Lalu peserta tersebut dengan cepat memasukan dari kepala dan mengeluarkan melalui kaki, digeser ke peserta sebelahnya, demikian bergantian.

Kira-kira sudah lewat 2 peserta, instruktur memberikan peserta pertama tadi tali berukuran besar (kucing) dengan proses sama serta berusaha mengejar tali ukuran kecil (tikus). Jika ada peserta mendapatkan 2 jenis tali, maka keluar dari lingkaran. Jumlah tali bisa ditambah sesuai jumlah peserta dengan perbandingan sama antara ukuran besar = ukuran kecil.

Kegiatan ini ditujukan pada penanaman nilai-nilai strategi yang tepat, sportivitas, dan cekatan.


Contoh pembelajaran kontekstual pada materi matematika yang diintegrasikan dengan budi pekerti.

Perkalian (minum obat, saat makan, dan rencana membeli sesuatu)
Perkalian dekat dengan siswa. Ketika minum obat, tertulis di resep 3 x 1 sendok makan, berarti diminum pagi, siang, dan malam, masing-masing 1 sendok makan. Nilai yang diusung adalah disiplin diri. Mengapa? Jika salah dosis bisa berakibat buruk bukan?

Menghitung keliling kebun atau rute lari saat materi olah raga
Menghitung keliling bangun di samping bukan dengan cara dijumlahkan satu persatu
(masing-masing bangun datar dihitung kelilingnya lalu dijumlahkan – keliling bangun 1 + bangun 2 + bangun 3).
Kontekstual pembelajaran berarti hitung dengan cara mengukur sisi luar yang ada.

Memahami perbedaan isi dan volume air minum mineral. Mengapa isi air minum dalam botol tidak penuh (masih ada ruang kosong sedikit)?

Mengaitkan isi air botol mineral yang berbeda ukuran (600 ml, 800 ml, 1.500 ml) pada benda/ produk lain yang sama satuannya (menggunakan satuan liter) seperti minyak tanah, bensin, shampoo, produk kecantikan, dll. Lalu diarahkan pada konversi satuan atau perubahan dan tingkatannya. 1 liter air = 1000 ml air

Menemukan benda atau produk yang menggunakan satuan kg, ons, ½, ¼, km, meter, hektar/are, dalam kehidupan sehari-hari:
Kg = telur, padi, beras, tepung, udang, kambing, …
Kg/ons = ikan teri, bumbu dapur, sayuran, …
Km = kecepatan kendaraan, jarak, skala,…
Meter = ubin, asbes, batu bata, genting, tanah, bahan pakaian, kabel, tambang, …
Are = tanah, kebun, sawah,

Perbedaan 1 kg kapas dengan 1 kg pasir. Sama berat tetapi berbeda muatan (banyaknya)
Berbagi roti, kue tart, cokelat sebagai pembelajaran pecahan
Berbelanja dengan potongan kertas dari swalayan dan diestimasikan dengan keuangan serta presentasi diskon belanja

Pergi dan mencatat perubahan, urutan, dan perbandingan pada bilangan desimal ketika mengisi BBM (bahan bakar minyak) di POM bensin

Ada beberapa kesimpulan yang penulis sarikan dari pembelajaran kontekstual.
• Real World Learning (pengalaman nyata)
• Dekat dengan kehidupan nyata
• Berpikir tingkat tinggi
• Berpusat pada siswa
• Siswa aktif, kritis, dan kreatif
• Siswa praktek, bukan mengkhayal
• Pengetahuan bermakna dalam kehidupan
• Perubahan perilaku
• Learning, bukan teaching ; pendidikan (education), bukan pengajaran (instruction)
• Pembentukan ‘manusia’ (sejalan dengan teori Multiple intelligences)
• Memecahkan masalah
• Siswa ‘akting’ guru mengarahkan
• Hasil belajar diukur dengan berbagai cara, bukan hanya dengan tes

Box
Urutan belajar:

1.Activating knowledge
2.Acquiring knowledge
3.Understanding knowledge
4.Applying knowledge
5.Reflecting knowledge

7 komponen CTL (Contextual Teaching & Learning)
1.Konstruktivisme
2.Menemukan
3.Bertanya
4.Masyarakat pembelajar
5.Pemodelan
6.Refleksi
7.Authentic assessment

Karakteristik pembelajaran CTL

1.Kerjasama
2.Saling menunjang
3.Menyenangkan, tak membosankan
4.Belajar dengan bergairah
5.Siswa aktif
6.Share dengan teman
7.Pembelajaran terintegrasi
8.Menggunakan berbagai sumber
9.Siswa kritis guru kreatif dan inovatif
10.Dinding kelas dan lorong penuh hasil karya siswa
11.Laporan pada orang tua
12.Portofolio siswa

Penulis: Mulyana
Disarikan dari pelatihan matematika oleh Ibu Nina Anggerina
RAKER Guru Semut-Semut The Natural School

Tulisan ini diterbitkan dalam Majalah Teachers Guide edisi No. 10/Tahun ke IV/ 2010. Dapatkan di counter Gramedia/Gunung Agung, atau di komunitas-komunitas guru. Kehabisan? Hubungi Sirkulasi di 0812 824 22801, atau di Fleksi (021) 684 58569. Terima kasih.

Tidak ada komentar: