Oktober 24, 2010

PERUBAHAN ITU BERAWAL DARI DESA

MGP-BE

Mainstreaming Good Practices in Basic Education (MGP-BE). Terjemahan yang paling dekat adalah: praktik pengarusutamaan yang baik dalam pendidikan dasar (SD/MI sampai SMP/MT baik negeri maupun swasta).
• MBP-BE terdiri atas tiga pilar yang saling menunjang. PAKEM, MBS, dan PSM. Ketiganya saling memperkuat keberhasilan transformasi sekolah dari sekolah yang biasa-biasa saja, menjadi sekolah yang manusiawi, hangat, kreatif, berkarakter, serta tentunya memiliki prestasi akademik tinggi.
• MGP-BE bukanlah metoda baru. MGP-BE mengembangkan praktik pembelajaran, pengelolaan sekolah, dan keterlibatan masyarakat dalam membantu sekolah, yang telah terbukti baik dan banyak dikembangkan di berbagai sekolah, yaitu pendekatan PAKEM, MBS, dan PSM itu tadi. Itulah yang ingin diserap, dicatat, dikembangkan, dan disebarluaskan oleh MGP-BE melalui modul pelatihan di berbagai jenjang dan praktisi pendidikan.


GAIRAH pembelajaran terasa saat Teachers Guide mengunjungi beberapa sekolah di Kabupaten Gorontalo, yang termasuk dalam program MGP-BE (Mainstreaming Good Practices in Basic Education). Suasana kelas hidup. Para siswa terlihat berani, aktif, dan mandiri. Para guru gembira penuh senyum. Pajangan kelas mengubah suasana, dan tampilan kelas makin semarak, sekaligus menyiratkan pencapaian prestasi. Anak-anak belajar dalam suasana batiniah yang gembira, menyenangkan, kreatif, dan sesuai fitrah tumbuh kembang mereka.

Meski keberhasilan perubahan ditopang oleh tiga pilar PAKEM, MBS, dan PSM sekaligus, nyata sekali hal yang membedakan di Kabupaten Gorontalo adalah adanya manajemen pendidikan yang kuat dari tingkat kabupaten hingga desa, serta kepedulian yang besar dari masyarakat dan pemangku kebijakan.

Ya, arus besar perubahan pendidikan kini sedang bergerak, diawali dari pelosok-pelosok Indonesia. Kabupaten Gorontalo adalah satu dari 12 kabupaten di 6 propinsi peserta program Depdiknas yang didanai Masyarakat Eropa dan dilaksanakan oleh UNICEF. Kini ada 505 sekolah dasar negeri dan swasta yang intens diintervensi program MGP-BE.

Hingga Januari 2010, program yang sudah berjalan sekitar 2 tahun ini memasuki tahapan ke III, yaitu pemantapan fasilitator daerah sebagai narasumber, serta pengikutsertaan sekolah-sekolah di sekitar untuk ikut serta menerapkan MGP-BE (pengimbasan).


“Kami cukup puas dengan hasil-hasil di lapangan. Yang terpenting, aspirasi masyarakat tentang kualitas sekolah yang mereka harapkan, dapat tercapai. Setiap daerah ternyata punya karakter tersendiri dalam mengembangkan MGPBE ini. Ada yang kuat di sisi dukungan Pemda, ada yang kuat kualitas gurunya, juga ada tokoh masyarakat sebagai penggerak,” jelas Dr. Bambang Indriyanto, manager program MGP-BE, yang juga Sekretaris Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar Menengah, Depdiknas.


Gairah pembelajaran dan manajemen pendidikan yang berbasis partisipasi masyarakat, menurut Dr. Bambang Indriyanto, pada akhirnya harus bertujuan untuk memberikan kesejahteraan pedagogik pada siswa. “Anak-anak bertumbuh kecerdasan intelektul, emosional, dan spiritualnya dengan baik. Inilah tujuan terbesar yang harus kita capai,” begitu tambahnya.

Benih-benih perubahan pendidikan kini telah bersemai di seantero Indonesia. Selangkah lagi menuju disseminasi atau penyebarluasan keberhasilan program ini, menjadi inspirasi dan pendorong perubahan bagi sekolah-sekolah SD dan SMP di seluruh Indonesia.TG

Tulisan ini diterbitkan dalam Majalah Teachers Guide edisi No. 10/Tahun ke IV/ 2010. Dapatkan di counter Gramedia/Gunung Agung, atau di komunitas-komunitas guru. Kehabisan? Hubungi Sirkulasi di 0812 824 22801, atau di Fleksi (021) 684 58569. Terima kasih.

Tidak ada komentar: