Oktober 30, 2010

Sejarah? “Bosan Ah!”

Gunakan Audio Visual, Siswa akan Bergairah

Saat mendengar kata ‘sejarah’, terbayang kebosanan, apalagi jika pelajaran tersebut disampaikan secara monoton pada jam-jam terakhir menjelang pulang sekolah. Sebagai Guru sejarah, apa yang harus kita perbuat menjumpai sikap para siswa yang tidak suka pelajaran yang akan kita bawakan?

Bukan tanpa sebab jika pelajaran sejarah diberi anggapan menjemukan, kuno, tidak penting, dan tak ada korelasinya dengan ilmu pengetahuan serta teknologi terbaru. Sejarah membosankan karena cara penyampaian materi yang monoton, bercerita saja, dan diskusi interaktif siswa tidak dapat terbangun.

Keadaan itu diperparah jarangnya kompetisi sejarah antar sekolah, serta sedikitnya minat siswa untuk membaca buku-buku sejarah di perpustakaan. Tak terdengar ‘Olimpiade Sejarah’ sebagaimana Olimpiade Fisika. Minat siswa meneliti pun belum tumbuh. Siswa apriori, karena pelajaran ini tak diujikan secara nasional.

Empat belas tahun yang lalu, di masa awal mengabdi sebagai guru sejarah pada SMA Don Bosko Semarang, saya mengalami krisis percaya diri saat akan menyampaikan materi di depan para siswa.

Semangat baru mulai muncul, karena perkenalan saya dengan OHP dan komputer. Pelajaran sejarah jadi menarik, ketika saya menyajikannya dalam bentuk audio visual. Tayangan visual situs-situs kerajaan Hindu dalam bentuk candi sangat mengundang rasa penasaran siswa. Beberapa bagian relief candi yang terkesan melanggar UU pornografi dan pornoaksi, sah-sah saja dijadikan media belajar.

Banyak siswa terlihat aktif dan antusias bertanya. Saya senang, materi pelajaran terserap dengan baik. Gambar patung, relief atau lukisan di masa lalu ternyata lebih mudah dipahami ketimbang melalui membaca buku sejarah saja. Film animasi tentang evolusi manusia, pola hidup jaman prasejarah dan awal peradaban umat manusia ternyata sangat membantu proses pemahaman. Sejarah yang semula begitu abstrak, menjadi jelas, karena disajikan secara konkrit.

Tradisi sekaten, grebeg Syawal, dan Grebeg Maulud di Yogyakarta dan Surakarta dalam bentuk CD bisa digunakan untuk menjelaskan sejarah perkembangan Islam di Indonesia. Begitu pula dengan film dokumenter tentang pergerakan nasional, Proklamasi RI, revolusi fisik, peristiwa Malari sampai gerakan reformasi dapat dipakai untuk menjelaskan sejarah Indonesia secara lengkap.

Saya sudah membuktikannya, dalam wujud peningkatan prestasi siswa hingga menjadi juara 2 dalam Kompetisi Sejarah antar SMA se-Karesidenan Semarang yang diadakan di UNNES pada tahun 2008 lalu.

APA yang HARUS DILAKUKAN?


• Manfaatkan internet untuk mencari gambar-gambar situs sejarah, ataupun film-film animasi tentang evolusi manusia. Gunakan gambar atau film dalam bentuk tayangan untuk melengkapi materi yang dibuat dalam bentuk “power point”.
• Jelaskan materi secara singkat. Biarkan para siswa mengamati tayangan lebih lama, dan berilah keleluasaan untuk bertanya pada guru.
• Ciptakan situasi belajar dalam bentuk diskusi informatif. Kembangkan komunikasi timbal balik yang seimbang. Guru jangan ceramah.
• Konsisten memberikan catatan dan nilai yang transparan bagi siswa. Obyektifitas harus dijunjung tinggi.
• Ciptakan relasi akrab dengan siswa. Jadilah pendengar yang baik. Jangan lupa berilah senyuman dan sapaan yang baik, sebelum maupun sesudah mengajar.

Sejarah adalah pelajaran tentang aktifitas manusia di masa lalu, yang hanya dapat dihadirkan kembali secara jelas dalam bentuk dokumen dan situs. Siswa akan mampu memahami jika guru mampu menghadirkan dokumen dan situs sejarah dalam bentuk tayangan audio visual.TG

Penulis: Anna Marlupi
Guru SMA Don Bosco, Semarang
Pemenang Lomba penulisan, pada pelatihan Literasi untuk Guru, Menjadi Guru yang Gemar Menulis

Tidak ada komentar: