Foto: Dr. Eva J. Hoffman
Lelah berdebat soal penyelenggaraan Ujian Nasional, Ujian Akhir Semester Berstandar Nasional (UASBN di jenjang SD)? Meski menang di pengadilan, tak menyurutkan pemerintah untuk tetap menggelar UN tahun ini. Gosipnya, karena dana sudah dialirkan, tak mungkin ditarik kembali.
Polemik lalu berserak tak hentinya menghujat UN. Sementara pemerintah melalui Menteri Pendidikan Nasional M. Nuh, mengatakan : “UN kali ini diperbaiki. Ada 4 syarat yang konon tak boleh saling menjatuhkan. Pertama, lolos Ujian Nasional. Kedua, lolos Ujian sekolah. Ketiga, lolos penilaian akhlak dan perilaku. Dan ke empat, tuntas menjalankan seluruh program.
Manalah yang diperbaiki? Kalau empat syarat itu dijadikan pedoman, bagaimana kalau keadaannya dibalik? Anak tak lulus UN, namun perilakunya sangat santun dan terpuji. Lulus nggak nih anak? Ternyata jawabannya ‘tetap tidak lulus’! Inilah yang tak patut. Dikatakan bahwa UN bukan satu-satunya penentu kelulusan. Jadi mana yang diperbaiki, bukankah ditambah syaratnya?!
Kecerdasan majemuk jelas belum tersentuh. Jauh panggang dari api. Apalagi mengemas tata cara Ujian agar siswa tak mengalami pengerdilan otak.
JENIS SOAL
Menteri M. Nuh memberi penjelasan pula tentang jenis soal yang seringkali dikeluhkan. Menurutnya, selain memperbaiki mutu pendidikan, pihaknya akan memperbaiki soal UN. Soal harus diyakini bahwa memang betul mencerminkan kemampuan anak dengan spektrum yang lebih lebar. Jangan sampai soalnya susah semua. Kira-kira Anda bisa menterjemahkan maksud pernyataan pak Menteri ini?
Angie Siti Anggari, principal Sekolah Tara Salvia di Bintaro-Tangerang berkomentar, jenis soal yang dibuat secara nasional secara umum cukup maju. Tak hanya berhenti pada tataran kognitif, melainkan sudah menyentuh substansi multi kecerdasan. Namun pada ujian ujian tingkat wilayah (propinsi, kabupaten, kecamatan), jenis soal masih payah.
“Menurut saya, yang penting saat ini adalah mencari solusi. Kita tahu pemerintah keukeuh dengan pendapatnya. Biarkan saja. Aroma politis lebih kuat. Kita yang bergerak di praksis pendidikan bisa mencari jalan keluar dengan melakukan penguatan pada guru dan siswa,” jelas Angie Siti Anggari.
Mungkin nggak ya, siswa menjalani ujian dengan didahului games, agar tercapai alfa zone, sebelum otak siap dipekerjakan secara maksimal? Lha wong yang jaga Ujian kan dari guru sekolah lain, ditambah tenaga dari kepolisian! Untuk tahun ini akan ditambahkan tenaga dari Perguruan Tinggi.
Kecurangan yang dilakukan para oknum di sekolah menyebabkan pemerintah secara narsis mengirim tenaga kepolisian untuk mengawal soal hingga diserahkan ke diknas setempat. Jadi pada tataran praktik penyelenggaraannya juga masih penuh syak-wasangka. Bagaimana mau memperbaiki konten? Demikian pemikiran pihak yang menolak UN.
STRATEGI ITU
Pada beberapa pertemuan yang Teachers Guide ikuti, sesungguhnya para penyelenggara pendidikan setuju Ujian Nasional tetap perlu diadakan. Namun dengan segala persyaratan yang memenangkan siswa. Bagaimana bentuknya? Pihak yang menghujat UN sampai kini juga belum menemukan ramuan jitu.
Kita telaah lebih lanjut bagaimana menyikapi ujian dengan strategi. Paparan Dr. Eva J. Hoffman, pada materi ‘Stress – Free Exams’ mungkin dapat membantu kita memperkuat siswa dengan strategi ‘30 detik penting bagi perbaikan otak’ :
a. Minumlah segelas air (jika tak diperbolehkan saat ujian, minumlah sebelum memasuki ruangan)
b. Tarik nafas perlahan
c. Usahakan untuk tersenyum (otak akan memproduksi ‘hormon senang’ yang disebut endorfin)
d. Regangkan pergelangan tangan dan kaki, lalu tarik nafas sambil menekan ujung lidah ke langit-langit rongga mulut, keluarkan nafas melalui mulut sambil membuat lidah rileks. Ulangi terus menerus hingga jantung berdegup normal.
e. Tambatkan jangkar ketenangan dan kedamaian milikmu. (lihat boks)
BOKS:
TAMBATKAN JANGKAR
Jangkar adalah simbol stabilitas dan keamanan. Benda ini berbentuk seperti kait dan mampu menahan apa pun agar tetap di tempatnya. Artinya, berlatihlah untuk selalu tenang, sabar dan fokus layaknya sebuah jangkar.
Jangkar menjadi alat bantu yang mengingatkan pada seseorang, situasi, bau-bauan, lagu, aroma, yang dapat memicu ingatan pengalaman. Saat menghadapi ujian, tautkan jangkar pada perasaan dengan contoh sebagai berikut:
LANGKAH I: Pilih jangkarmu
Jangkar Visual: liontin; cincin; simbol (pelangi, matahari, lingkaran); bayangan pemandangan indah atau seseorang.
Jangkar Sentuhan : menekan jempol dengan telunjuk; mengepalkan tangan; menekan titik positif (lekuk kecil di atas alis mata; dua tulang lekukan di bawah tulang leher, di kedua sisi tulang sternum; bagian belakang leher – pijat dengan menarik kulit dari tulang belakang, bentuk huruf X dengan telunjuk, lihat beberapa saat, bernafaslah teratur).
Jangkar Aroma: deodorant; minyak aromaterapi; parfum
LANGKAH 2: Ingat dan bayangkan sebuah situasi
Ketika merasa tenang dan damai…
a. Pejamkan mata dan berusaha membayangkan situasi tersebut
b. Nikmati perasaan rileks, bayangkan situasi itu secara jelas dan berwarna. Jika mungkin, dengarkan suara di sekeliling.
LANGKAH 3: Gunakan Jangkarmu.
Ketika sedang merasa amat tenang dan damai, ingatlah jangkarmu. Bayangkan dalam pikiran, atau gerakkan tangan mengikuti bentuknya (secara sadar, hubungkan diri dengan ketenangan dan kedamaian, bayangkan sentuhan atau aroma yang menjadi jangkarmu)
LANGKAH 4 : Perkuat Jangkar.
a. Buka mata dan hitung mundur dari 10 hingga 1. Atau gerakkan tangan hingga merasa rileks
b. Ulangi langkah 2 dan 3, sambil terus membuat banyangan sejelas mungkin
c. Ulangi langkah tersebut sekali lagi
d. Buka mata dan hitung mundur dari 10 hingga 1
LANGKAH 5: Tambatkan Jangkar. Gunakan jangkar dan cek apakah sudah merasa tenang dan damai dengan melihatnya atau dengan bergerak. Ulangi tahap 2 dan 3 sebanyak mungkin hingga jangkarmu membawa ketenangan dan kedamaian.
Biasanya, ujian sekolah mengandung konsep jangkar negatif. Seringkali dikaitkan kata ‘ujian’ dengan rasa gelisah, cemas, gugup, dan stress tingkat tinggi. Jangkar macam ini tak berguna dan harus dihilangkan.TG
Sumber:“Sukses Ujian Tanpa Stress” –Dr. Eva J. Hoffman. Penerbit Gagas Media
Tulisan ini diterbitkan dalam Majalah Teachers Guide edisi No. 10/Tahun ke IV/ 2010. Dapatkan di counter Gramedia/Gunung Agung, atau di komunitas-komunitas guru. Kehabisan? Hubungi Sirkulasi di 0812 824 22801, atau di Fleksi (021) 684 58569. Terima kasih.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar