Oktober 23, 2010

GURU RIAU MENULIS, GURU SEMARANG MENULIS

Foto: Para Guru pemenang Lomba menulis "Selayang Pandang Pendidikan di Kota Semarang'.


Awalnya hanya huruf-huruf yang berserakan. Engkau memunguti dan menyusun menjadi kata-kata. Kekuatan imajinasi membawamu menyusun kata-kata itu. Dengan imajinasi liarmu, kata-kata itu tersusun menjadi kalimat-kalimat. Sampai kalimat-kalimat itu membentuk tulisan utuh, memuat ide-ide yang bersemayam di benakmu... (Muarif).

Gairah luar biasa kami temukan saat Teachers Guide diundang utuk sharing penulisan pada Guru-Guru di Pekanbaru (akhir Januari) dan di Semarang (tengah Februari). Sejak awal, penyelenggaranya yakni Bee Organizer di Pekanbaru yang dikomandani oleh Tria dan Tarman, sudsah kewalahan menampung pendaftaran peserta. Sampai kami meninjau lokasi pada malam sebelum acara, telepon masih berdering untuk menyanyakan kesempatan ikut serta.

Dua ratus lima puluhan Guru, mulai dari TK hingga SMU bergabung di Perpoestakaan Soeman HS -- gedung dengan perpustakaan termegah di Pekanbaru. Antusiasme yang mengagumkan! Mengejar sertifikat atau sungguh-sungguh mencari ilmu? Dua-duanya lah. Sebagian lagi bahkan rela membayar harga tiket tanpa ikut serta, yang penting dapat sertifikatnya. Untung panitia cukup punya idealisme. Uang dikembalikan jika tidak ikut pelatihan.

Teachers Guide yang dikomandani Ibu Arfi dan Pak Indrawan, membuka pelatihan dengan mengedepankan perubahan Abad 21 yang harus disikapi dengan kesungguhan mengembangkan diri. Pena bisa lebih tajam dari sebilah pedang!

Juga tampil Prof. Isjoni, ketua PGRI Riau, yang Dekan FKIP UnRi, yang mengkritisi 1.800-an Guru di Riau yang dibatalkan kenaikan pangkat lantaran portofolio tulisan/karya ilmiah mereka palsu atau bermasalah.

Guru yang menjadi pelaku perubahan dan pendidik karakter anak bangsa, harus bisa memberi kontribusi di saat paradigma ini sedang berenang dalam perubahan. Demografi di Pekanbaru-Riau yang begitu luas dan memerlukan transportasi yang tak mudah bagi peserta dari berbagai daerah sekitar, menjadikan peserta sangat menyenangkan saat diajak bermain pantun. Gurindam 12 berasal dari Tanah Melayu. Sesungguhnya mereka sangat suka bertutur. Kepedean dan kemauan akhirnya diaklamasikan melalui deklarasi, yang berisi komitmen untuk mulai menulis.

Lain Pekanbaru, lain Semarang. Para Guru di kota lumpia dan bandeng presto ini sudah sangat faham, bahwa sebagai Guru mereka harus bersuara melalui tulisan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan karya ilmiah sudah cukup mereka geluti. Belenggu mereka selama ini adalah kekhawatiran diri sendiri, ketakutan dianggap kurang layak dan tak mau mencoba lagi jika pernah gagal. Dalam sesi 'buang belenggu', mereka diminta menulis apa saja kendala dan hambatan yang ditengarai menghalangi kebuntuan menulis. Setelah mereka tulis, kami minta mereka meremas dan melempar ke tempat sampah kertas yang bertuliskan kendala itu. Werrr... hilang semua hambatan. Langsung menulis? Ada yang 'iya', ada yang 'tidak'.

Pelatihan di Semarang tuntas dalam dua hari. Termasuk lomba menulis. Penyelenggara adalah LPK Smart&Fun Home, di daerah Jl. Erlangga, milik Ibu Vivi yang master psikologi, dan mengelola lembaga pelatihan dan ketrampilan. Karena waktu yang leluasa, peserta kami sharingkan soal teknik menulis serta upaya meningkatkan literasi di sekolah. Pemkot setempat menyediakan piala untuk juara menulis yang kami beri tema "Selayang Pandang Pendidikan di Kota Semarang".

Pekanbaru menghentak, Semarang bergerak. Kami tunggu kebangkitan Guru di tiap daerah, untuk menggunakan pena mereka, menorehkan semangat belajar, menjadikan citra dan profesi Guru menjadi bermartabat dan membahagiakan.TG

Tulisan ini diterbitkan dalam Majalah Teachers Guide edisi No. 10/Tahun ke IV/ 2010. Dapatkan di counter Gramedia/Gunung Agung, atau di komunitas-komunitas guru. Kehabisan? Hubungi Sirkulasi di 0812 824 22801, atau di Fleksi (021) 684 58569. Terima kasih.

Tidak ada komentar: