Oktober 24, 2010

Yang ‘Tertular’ PAKEM - MBS –PSM

MGP-BE

FOTO: kegiatan membaca senyap di pagi hari, SDN 1 Limehe Timur, Kab. Gorontalo, sekolah non binaan.


Foto: kegermbiraan Siswa di SDN 3 Isimu Utara, saat menerima kunjungan Teachers Guide.

Para pendidik di Kabupaten Gorontalo kini sudah ‘tertular’ perubahan. Terbukti, meski program MGP-BE baru masuk tahap pengimbasan, di sana hampir semua melaksanakan PAKEM, MBS, dan PSM. Ada 318 SD/MI dan 113 SMP/MTs.

Karya-karya siswa saat pameran pendidikan belum lama ini, menyiratkan bahwa PAKEM telah mengubah pendidikan di Gorontalo. Catatan prestasi nilai akademik pun terus meningkat.

“Fisiknya sudah 100%, tapi kualitas kontennya sekitar 60%,“ jelas Zubair, pejabat pelaksana operasional MGP-BE Kabupaten Gorontalo. Cepatnya adopsi, karena peran fasilitator daerah. “Meski sekolahnya tak termasuk sekolah binaan yang dibantu anggaran Dana Pengembangan Kapasitas, mereka menerapkan PAKEM dengan biaya sendiri.”

Zubair, pejabat pelaksana program MGP-BE di Kabupaten Gorontalo, bersama dengan para guru SDN 3 Isimu Utara, sekolah non binaan MGPBE.

Sebutlah sekolah SDN 1 Limehe Timur, dan SMPN 2 Limboto, kedua sekolah ini non binaan, yang berubah dan menjadi sekolah bagus setelah menerapkan PAKEM.

Untuk menjaga perkembangan ini, DInas Pendidikan kabupaten Gorontalo mewajibkan seluruh sekolah yang sudah berlatih program MGP-BE, untuk menerapkan apa yang sudah dipelajari. “Dana sudah dikeluarkan, hasil harus dimaksimalkan. Jangan cuma wacana,” jelas Zubair. Kinerja sekolah berPAKEM pun dimonitor oleh pengawas.

KINERJA FASILITATOR DAERAH
Secara perorangan, tiap seorang fasilitator daerah (fasda) bertugas membina dua sekolah, satu di kota satu di desa. Sebulan dua kali fasda mengawasi sekolah binaan. Kualitas seorang fasda dilihat dari kemajuan sekolah binaannya itu. Sejumlah 21 fasda ini membentuk forum Asosiasi Fasda Gorontalo, yang sebulan dua kali bertemu, membahas perkembangan program dan melalukan evaluasi kinerja.

“Kami di Gorontalo kompak antara satgas, penanggungjawab operasional kegiatan (pjok), fasda, dan pengambil kebijakan. Saya yakin, MGP BE akan lebih melembaga di sini, dan Asosasi Fasda jadi motornya,” jelas Sutrisno DJ Yunus S.Pd, sekretaris asosiasi. Beruntung, para fasdaa mendapat banyak reward dari pemda, diantaranya insentif per bulan. (mmhh… mungkin ini kuncinya!-red)

FOTO: Sutrisno DJ Yunus SPd.

Menurut Sutrisno, yang juga kepala sekolah SDN 1 Limehe Timur, dahulu konsep MBS dilihat secara teoritis sulit diterapkan. Ternyata, setelah diaplikasikan, orang tersadar ada sesuatu yang hebat di dalamnya, sehingga sekolah-sekolah tertarik. Dukungan birokrasi dan kebutuhan masyarakat, membuat PAKEM, MBS, dan PSM diterima dengan cepat.

Foto: perpustakaan SMPN 2 Limboto, sekolah non binaan, tapi memiliki penerapan PAKEM, PSM, dan MBS yang baik.


Keberhasilan PAKEM sangat ditentukan seberapa masyarakat membantu proses pembelajaran, bagaimana kepala sekolah peduli mengadakan berbagai peralatan, dan bagaimana guru mendayagunakan potensi yang ada pada sekolah, sehingga siswa bisa belajar sendiri, dan Guru sebagai fasilitator.TG

Tulisan ini diterbitkan dalam Majalah Teachers Guide edisi No. 10/Tahun ke IV/ 2010. Dapatkan di counter Gramedia/Gunung Agung, atau di komunitas-komunitas guru. Kehabisan? Hubungi Sirkulasi di 0812 824 22801, atau di Fleksi (021) 684 58569. Terima kasih.

Tidak ada komentar: