Lesson
‘stewardess’
‘what’s the definition?’
‘a person who serves passengers on aship, plane, etc’
‘es- ti- i - double yu – e – ar – di – i– double s’ eja seorang anak usia SD kelas 6, dengan fasih dan dialek bagus seperti native speaker.
‘That’s correct’ balas Ms. Chacha sang juri yang segera memberi kata berikutnya. Jika ada yang tak jelas, peserta akan meminta definisi atau petunjuk. Jika tetap tak bisa, disarankan mengatakan ‘pass’, agar tak di-delete.
Sejumlah anak bisa menembus di atas 15 kata, meski ada yang hanya mampu 3 kata langsung gugur. Ya, itulah pertandingan kecepatan, ketepatan pendengaran, dan wawasan serta perbendaharaan kata dalam bahasa Inggris yang dinamakan spelling bee.
Ernesto Aryo, direktur The Future yang baru saja menggelar kompetisi antar siswa SD, mengatakan bahwa spelling bee ini merupakan cara belajar yang fun, untuk memberi stimulasi pada anak bahwa belajar bahasa Inggris itu menyenangkan. Spelling bee ini kan salah satu bentuk games.
Mengapa Bee?
“Dalam bahasa Inggris, bee itu menggumam …emmm…..emmmm….. Kumbang itu kan bergumam. ‘mmmmm…mmmmm….. Nah, spelling bee menajamkan spelling, mengeja huruf, pemahaman kata, yang harus diucapkan, dilafalkan, bukan digumamkan!”, jelas Pak Aryo yang pernah tinggal di luar negeri dan mengikuti perkembangan spelling bee.
Apa yang dicari dan diunggulkan pada spelling bee?
“Ini yang paling cocok untuk siswa SD. Kalau siswa SMP sudah bisa dengan cara debat. Mengenalkan kata dalam bahasa inggris yang agak berat. Masing masing ada temanya. Ada house, body. Kalau mereka teliti, pasti ada satu set yang setema. Tapi ini bisa beda-beda di tempat lain.
“Kalau di Indonesia, ini cocok, karena bisa mendorong anak belajar bahasa Inggris lebih fun. Ini kan fun learning. Bahasa itu juga bakat. Setiap skill itu menurut saya bakat. Ada seorang murid, yang berkali-kali, repeat, ngulang pass, repeat, pass. Tapi sampai intermediate 4, akhirnya stuck sampai di situ. Dia tak tahu apa-apa. Untuk anak seperti ini, bahasa menjadi tak menyenangkan. Bisa sih bisa. Tapi tak terlalu berkembang.”
Apa manfaatnya?
“Keberanian maju. Lantas berani bicara. Ujungnya public speaking. Di Indonesia ini akan lebih berguna.”
Bagaimana supaya jangan jadi drilling?
“Spelling bee murni pengenalan kata yang berbeda dengan yang dipelajari di sekolah. Caranya adalah dengan memperbanyak membaca. Ya, membaca! Membaca sangat mengembangkan segalanya. Perbendaharaan kata, grammer. Buku buku yang ringan saja,” lanjut Pak Aryo
Di Amerika sangat menonjol ya?
“Sangat! Dikompetisikan secara nasional dan dinikmati oleh berbagai kalangan. Yang menang, biasanya bukan dari warga negara Amerika asli, kebanyakan orang kulit hitam, China, dan India. Dan kata yang dilombakan sungguh kata yang tak biasa. Kesulitan tingkat tinggi. Kemampuan mereka untuk meminta clue atau petunjuk arti kata yang dilontarkan sang juri tergantung kecerdasan berbahasa atau kompetensi berbahasa. Kita masih ketinggalan dibanding Singapura atau Malaysia.”
Coba simak film "Akeelah and the Bee".
Alkisah, ada seorang gadis kulit hitam, Akeelah Anderson. Diperankan oleh Keke Palmer. Film ini memberikan gambaran, betapa Spelling Bee di Amerika menjadi perlombaan yang diapresiasi dan menjadi kenikmatan para penonton, mirip suporter futsal. Yang sangat menarik disimak adalah cara guru mengajar dan memberi motivasi. Luar biasa.
Akeelah semula gadis yang menarik diri akibat pola asuh single parent yang mendominasi kehidupannya. Sang ibu yang tak menyetujui anaknya mengikuti kontes, belakangan baru mengaku bahwa alasannya tak tega dan tak ingin melihat putrinya kalah dan mengalami kesedihan.
Pak Larabee mengajarnya dengan cara yang sangat hebat. Lompat tali, tetabuhan, dan mengajak membaca bersama. Tak heran jika Akeelah dan peserta kompetisi lain mampu menggali definisi kata yang dimaksud, sebelum mulai mengeja. “Logorrhea ….”. Di kamus Longman saja tak bisa kita temukan.
Sering terlihat, guru di sekolah-sekolah kita mengajar spelling bee dengan cara konvensional. Drilling dan dihafal. Mestinya diganung dengan cara telaah makna kata. Dan itu tadi, membaca!TG
Tulisan ini diterbitkan dalam Majalah Teachers Guide edisi No. 10/Tahun ke IV/ 2010. Dapatkan di counter Gramedia/Gunung Agung, atau di komunitas-komunitas guru. Kehabisan? Hubungi Sirkulasi di 0812 824 22801, atau di Fleksi (021) 684 58569. Terima kasih.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar